Khutbah Jumat: Enam Hal Perusak Amal

Perusak amal.-foto: net-
Demi cinta dunia bisa saja kita menjilat ke atas menindas yang di bawah, sikut kanan sikut kiri, tidak peduli kawan menjadi lawan dan lawan menjadi kawan.
Karenanya, cinta kepada dunia secara berlebihan dapat merusak amal ibadah kita. Malik bin Dinar berkata : “Sungguh bila badan sakit, maka makan, minum, tidur, dan istirahat menjadi tidak nyaman baginya. Demikian juga dengan hati, apabila sudah terpaut dengan cinta dunia, maka untaian nasihat menjadi tidak nyaman untuknya.”
Hadirin yang Dimuliakan Allah
Keempat, sedikit rasa malu. Rasa malu harus menjadi budaya dalam kehidupan kita. Di masa sekarang, budaya malu telah mengalami pengikisan sampai menjadi tipis setipis kulit ari. Tidak sedikit manusia yang tanpa rasa malu menyatakan hidup satu atap dengan pasangan yang belum sah sebagai suami istri. Ada yang menyatakan tanpa rasa malu bahwa dirinya memiliki sekian anak dari hasil hubungan gelap.
Coba bayangkan apa yang akan terjadi di masa-masa mendatang jika kita tidak menanamkan rasa malu sejak dini kepada diri sendiri dan masyarakat pada umumnya.
Malu bagian yang tak terpisahkan dari iman. Malu itu adalah menahan jiwa dari hal-hal yang tidak semestinya, sebagai bentuk malu kepada Allah dan bentuk pengharapan terhadap apa yang ada di sisi-Nya. Rasa malu adalah sifat mulia yang membawa kita menuju keluhuran akhlak dan amal berkualitas serta menghalangi kita dalam melakukan akhlak yang tercela.
Hilangnya rasa malu akan mengantarkan seseorang dalam jurang kemaksiatan, tidak peduli kepada celaan dan hinaan dari lingkungannya, hingga pada akhirnya ia melakukan perbuatan tercela secara terang-terangan.
Orang yang tidak memiliki sifat malu kepada Allah dan sesamanya, tidak akan takut melakukan perbuatan jahat. Karenanya, tidak memiliki sifat malu merupakan perbuatan menyimpang dari fitrah manusia.
Kelima, panjang angan-angan. Silakan menggantungkan cita-cita setinggi bintang di langit tapi kaki harus tetap berpijak di bumi, berpijak pada realitas. Jika tidak demikian, kita akan menjadi pengkhayal kelas berat, pemimpi di siang bolong, yang hidupnya hanya berisi jikalau, seumpama, andaikata, seandainya dan semisalnya.
Hadirin yang Berbahagia
Keenam, perbuatan zalim. Zalim memiliki makna kegelapan. Kita terlahir di muka bumi dalam keadaan putih bersih tanpa cacat dan noda. Namun bisa berubah menjadi lusuh dan kotor jika kita berbuat zalim kepada Allah SWT dan zalim kepada sesama.
Setiap orang yang berbuat zalim pasti akan menerima balasan akibat kezalimannya. Jangan sampai kita menjalin persahabatan dengan orang-orang yang suka melakukan kezaliman apalagi menjadi pelaku perbuatan zalim. Rasulullah ﷺ bersabda :
إِنَّ اللَّه لَيُمْلِي لِلظَّالِمِ فَإِذَا أَخَذَهُ لَمْ يُفْلِتْهُ، ثُمَّ قَرَأَ: وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ
“Sesungguhnya Allah memberi kelonggaran waktu untuk orang yang zalim sampai waktu di mana Allah menghukum orang yang zalim dan tidak melepaskannya,kemudian Nabi membacakan firman Allah yang artinya, “Demikianlah hukuman Tuhanmu jika mengazab penduduk suatu kampung yang zalim. Sungguh siksaan-Nya itu sangat menyakitkan.” (HR. Bukhari)
Inilah enam perkara berbahaya yang bisa membatalkan pahala dari kebaikan yang kita kerjakan. Hindari dan jauhi. Obati dan sadari. Jangan biarkan amal-amal kita batal karena enam perkara di atas. Semoga Allah ta’ala menyelamatkan kita dari keburukan dan memberikan kekuatan untuk berkutat di atas kebaikan. (Oleh: Ali Akbar bin Muhammad bin Aqil)