Khutbah Jumat: Enam Hal Perusak Amal

Perusak amal.-foto: net-
طُوبَى لِمَنْ شَغَلَهُ عَيْبَهُ عَنْ عُيُوبِ اَلنَّاسِ
“Berbahagialah orang yang tersibukkan dengan aibnya sehingga ia tidak memperhatikan aib orang lain.” (HR. al-Bazzar)
Dzun Nun pernah berkata :
مَنْ نَظَرَ فِي عُيُوبِ النَّاسِ عَمِيَ عَنْ عُيُوبِ نَفْسِهِ
“Siapa yang membuka mata untuk aibnya orang lain, kemungkinan dia akan menutup mata untuk aibnya sendiri.”
Kaum Muslimin Hafidzakumullah
Kedua, hati yang keras. Hati yang keras adalah hati yang tertutup oleh kabut kesombongan, tidak mau menerima kebenaran, sehingga merasa sebagai yang paling benar.
Ketahuilah, hati adalah raja dari kerajaan manusia. Anak buahnya adalah anggota badan yang melekat pada diri kita. Jika hati sebagai sosok pemimpin adalah hati yang lembut penuh kasih sayang, akan menjadikan anak buahnya atau anggota tubuhnya sama seperti pemimpinnya.
Namun jika hatinya keras, membatu dan membeku, dapat dipastikan anggota tubuhnya merasakan hal yang sama. Matanya mata yang melihat kebencian. Telinganya telinga yang mendengar kekisruhan. Tangannya tangan yang menggenggam permusuhan. Kakinya kaki yang melangkah kepada keburukan. Demikian pula dengan anggota tubuh yang lain.
Jamaah Shalat Jumat
Ketiga, terlalu cinta kepada dunia. Cinta dunia bisa berarti cinta tahta, harta, kedudukan, pujian, dan jabatan.
Cinta kepada dunia bukan hal yang salah, sepanjang kita jadikan dunia sebagai alat bukan tujuan. Dunia sebagai alat untuk mengantarkan kita menuju kehidupan alam akhirat yang abadi.
Seseorang yang mengerti dan memahami hakikat dunia, tidak akan menjadikan dunia sebagai tujuan. Karena dia sadar bahwa akhirat adalah program jangka panjangnya. Sementara dunia hanya sementara dan akan sirna. Terlalu besar risiko yang akan kita tanggung jika kita menukar kehidupan akhirat yang abadi itu dengan dunia yang sebentar saja.
Bagi seseorang yang terlalu cinta dunia, dia akan berusaha mati-matian melakukan apa saja untuk dunianya. Tidak peduli soal baik dan buruk. Baginya yang terpenting adalah dia bisa mendapatkan sebanyak-banyaknya dunia. Jika hal ini terjadi, maka bisa membatalkan pahala kebaikannya.
Cinta dunia yang berlebihan akan membentuk pola kerakusan dan ketamakan sampai menghalalkan segala cara, yang pada gilirannya merusak amal yang sudah kita kerjakan.