RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Hadirin Jamaah Jumat Rahimani wa Rahimakumullah
Kita sangat berbahagia dan bersyukur kepada Allah SWT diberikan kesempatan untuk beriman sampai dengan detik ini. Dan diberikan kemampuan untuk mampu membuktikan keimanan kita kepada Allah dengan menunaikan Ibadah Jumat. Pada Jumat pertama di Bulan Ramadhan 1446 Hijriah. Semoga Jumat yang kita tunaikan dinilai oleh Allah SWT dan dijadikan sebagai Jumat terbaik dari sekian jumat yang pernah kita tunaikan selama hidup kita.
Hadirin Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah
Hadits yang disampaikan dan terdokumentasikan dalam Kitab al-Mustadrak oleh Imam al-Hakim an-Naisaburi. Ketika Nabi SAW hendak memberikan tausiah pengingat kepada umatnya. Melalui atas mimbar, mimbar yang dirancang seperti tiga tangga yang naik ke atas. Maka saat beliau menginjakkan kaki beliau yang mulia itu, dalam setiap menapaki tangganya. Keluarlah kalimat yang mulia, sebagai doa bagi umatnya dan yang sangat mengejutkan lantas diaminkan oleh malaikat. Apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW? Diantara setiap tanjakan tangga yang ditakapinya, beliau bersabda:
رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ
“Nabi bersabda: celakalah seseorang, Bulan Ramadhan menemuinya kemudian keluar sebelum ia mendapatkan ampunan.”
Ternodalah, tercoreng, celaka seorang muslim, dipandang jauh dari rahmat Allah SWT, bagi seorang yang telah mampu mendapati bulan Ramadhan. Namun ia tidak mampu memanfaatkan keistimewaan Ramadhan itu, ia tidak mampu menggunakan keagungan Ramadhan itu untuk dapat meraih ampunan Allah SWT. Sehingga ia tidak diampuni selama Ramadhan itu. Lalu malaikat mengatakan ‘Aamiin’. Jarang-jarang Nabi berdoa, Malaikat seketika mengaminkan.
Hadirin sekalian yang dirahmati Allah SWT
Hadits ini ditempatkan oleh para Úlama, baik ulama hadits ataupun ulama fiqih sebagai satu diantara hadits-hadits pengingat. Bukan hanya sekedar mengingatkan, tapi juga ditempatkan pada posisi pengingat yang sangat keras. Memberikan isyarat yang bernada kecaman dari Nabi SAW. Yang menyesalkan sikap seseorang, khususnya seorang muslim yang mengaku dirinya beriman yang Allah berikan anugerah kepadanya sampai di Bulan Ramadhan. Padahal tidak semua hamba bisa mendapati Bulan Ramadhan.
Apa saja keistimewaan Bulan Ramadhan itu, bahkan kita diminta untuk menampilkan keimanan dan mempertaruhkan iman kita untuk menghidupkan dan mengisi bulan mulia ini. Itulah sebabnya ayat perintah berpuasa dibuka dengan kalimat iman. Al-Baqarah: 183:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Diantara makna terdalamnya adalah setiap perintah dalam al-Qurán atau bahkan larangan atau sekedar informasi yang dibuka dengan kalimat iman. Maka ibadah itu sekaligus menentukan tingkat keimanan pemiliknya dan mempertaruhkan keimanan pemiliknya.
Contoh ibadah shalat dibuka dengan kalimat iman pada Surah al-Baqarah ayat kedua. Bahkan waktu shalat dilekatkan dengan kalimat iman. Menunjukkan bahwa orang-orang yang semangat menunaikan shalat, maka ini memberikan kesan imannya sedang kuat, imannya bagus. Tapi saat yang bersamaan ketika seseorang malas menunaikan shalat ini menunjukkan keimanannya tipis, lemah dan bermasalah. Jika seseorang mengabaikan shalat, maka ini menunjukkan ada persoalan serius dalam imannya. Jadi menunaikan shalat sekaligus mempertaruhkan keimanan kita di hadapan Allah. Semakin semangat, semakin menunjukkan keimanan kita kuat. Itulah sebabnya shalat yang disebut al-Qurán dengan kata iman.
Hadirin Jamaah yang dimuliakan Allah