Tiga Tanda Bahwa Kita Telah Merasakan Manisnya Iman
Lalu bagaimana agar kita bisa merasakan manisnya keimanan? agar kita dapat merasakan indahnya setiap saat beribadah, agar kita merasakan kenikmatan beribadah disetiap amal yang kita lakukan dalam mengabdi kepada Allah jalla wa ‘alla.
Rasulullah saw bersabda, ada tiga perkara untuk merasakan manisnya iman.
Dalam sebuah hadits dari Anas bin Malik radhiyAllahu anhu , bahwa Nabi ShallAllahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Ada tiga perkara yang apabila perkara tersebut ada pada seseorang, maka ia akan mendapatkan manisnya iman.
Yang pertama,
Barangsiapa yang Allâh dan Rasûl-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya.
Orang-orang yang ingin menggapai manisnya keimanan, mereka akan cinta kepada Allah dan rasul-Nya melebihi daripada cintanya kepada segalanya. Jadi bagi kita yang ingin merasakan manisnya keimanan, harus meletakkan cinta kita kepada Allah dan rasulnya melebihi cinta kita kepada yang lainnya.
Imam Ibnu Hajar Al-Atsqalani berkata, tidak semua orang mampu merasakan manisnya iman, sebagaimana tidak semua orang bisa merasakan manisnya madu. Manisnya madu bagi orang yang sakit, maka tidak semua orang yang sakit bisa merasakan manisnya madu.
Orang-orang yang beriman yang bisa merasakan manisnya iman adalah orang -orang yang sehat imannya. Orang-orang yang tidak hanya yakin kepada Allah, tapi orang-orang yang cinta kepada Allah dan rasul-Nya diatas cintanya kepada segalanya.
Maka jamaah sekalian, cinta kepada keluarga itu biasa, cinta kepada harta itu biasa, cinta kepada jabatan dan pekerjaan itu wajar, namun kecintaan kita kepada keluarga, kecintaan kita kepada harta, kepada pekerjaan, jangan sampai mengalahkan cinta kita kepada Allah dan rasul-Nya.
Ini yang perlu kita waspadai, Ketika kita cinta harta, maka harta itu suatu saat akan ditnggalkan, Ketika kita cinta keluarga, suatu saat kita akan berpisah, Ketika kita cinta kepada jabatan, maka suatu saat jabatan itu akan berakhir cepat atau lambat. Namun cinta yang kekal dan hakiki adalah cinta kita kepada Allah dan rasul-Nya.
Pada suatu peperangan, ketika Rasulullah mengumpulkan para sahabatnya, datanglah Abu Bakar Ash-Shiddiq membawa begitu banyak hartanya untuk disedekahkan di jalan Allah. Lalu Rasulullah SAW bertanya, wahai abu bakar, apa yang engkau tinggalkan untuk anak dan keluargamu? Ada ya Rasulullah, saya tinggalkan Allah dan rasul-Nya untuk mereka. Demikianlah contohnya, dalam kondisi yang sulit dan berat sekalipun tidak akan melunturkan cinta mereka kepada Allah.
Bilal bin Rabah, ia rela diseret, disiksa, ditimpa badannya dengan batu besar ditengah teriknya matahari, dan diatas panasnya padang pasir. Ia rela disiksa demi mempertahankan cintanya kepada Allah dan rasul-Nya. Ia rela disiksa daripada menukar tauhidnya, tidak ingin menukar keimanannya, tidak ingin menukar kecintaanya kepada Allah dan rasul meski ia dalam keadaan teramat berat dan tersiksa.
Jamaah jumat yang berbahagia.
Kita punya jabatan, Suatu saat jabatan itu akan berakhir, kita punya harta, suatu saat harta itu akan kita tinggalkan, Disaat datang panggilan Allah, maka penuhilah panggilan Allah diatas apapun persoalan-persoalan dunia. Ketika kita beribadah, terutama shalat, jangan sampai kita mengaku cinta kepada Allah namun kita tidak mendirikan shalat dengan sebaik-baiknya.