RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Indonesia harus menanamkan sikap positif terhadap sawit untuk mempertahankan daya saing ekonomi di masa depan.
Ketua Umum Yayasan Pusat Pentaheliks Ilmuwan Pertanian Indonesia, Dr. Ir. Paristiyanti Nurwardani, MP., mengatakan hal tersebut menjadi salah satu kesimpulan penting yang dihasilkan dari focus group discussion (FGD) bertema pembentukan sikap positif masyarakat Indonesia terhadap sawit melalui sistem pendidikan berkelanjutan.
"Kelapa sawit yang menjadi pokok bahasan diskusi hari ini merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki daya saing tinggi dan telah berkontribusi pada sistem perekonomian di Indonesia," kata Paristiyanti Nurwardani di sela-sela FGD besutan Yayasan Pentaheliks Ilmuwan Pertanian Indonesia bekerja sama dengan PT DMB Global dan didukung Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) di Kota Bogor, Rabu (2/11).
Paris mengatakan peranan tenaga pendidik sangat penting dalam menanamkan sikap positif terhadap sawit sejak dini. Tenaga pendidik yang dimaksud terdiri dari guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
Baca Juga: 3 Khasiat Jahe, Cegah Serangan Penyakit Kronis Ini
Berdasarkan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
Direktur Utama PT Daya Mitra Bersama Global (DMB Global) Dr. Benny Bernardus MM., Psy yang juga seorang ahli psikologi mengatakan proses membentuk sikap positif tentang sawit perlu dilakukan pada 2 kondisi.
Pertama kondisi pembentukan sikap dilakukan sejak usia dini yang belum tercemar oleh kampanye negatif tentang sawit.
Kedua adalah kondisi pembentukan sikap pada orang yang sudah memperoleh informasi negatif tentang kelapa sawit.
Benny juga menilai membentuk sikap positif pada sawait juga harus berdasarkan+- konsep dasar sikap yang terdiri dari tiga komponen, yaitu kognitif, afektif, dan konatif.
Komponen kognitif merupakan pemahaman atau pengetahuan yang dimiliki seseorang tentang sesuatu yang dapat diukur. Komponen afektif merupakan perasaan atau emosi yang dirasakan seseorang terhadap sesuatu yang dapat diukur. Komponen konatif merupakan keinginan atau tindakan yang dilakukan seseorang terhadap sesuatu yang dapat diukur.
Salah seorang pembicara dalam FGD, yaitu Prof. Dr. Bustanul Arifin selaku Komite Litbang BPDP-KS dan dosen pascasarjana SB-IPB, mengatakan bahwa strategi membangun reputasi sawit Indonesia ada enam, yaitu terkait dengan kecermatan dalam keputusan kebijakan di dalam negeri.
Adanya konsumsi biodiesel sawit Uni Eropa yang cenderung turun apabila jika gugatan Indonesia ke Uni Eropa tidak dikabulkan dalam sidang WTO.
Strategi lainnya adalah pencarian pasar CPO baru di Asia Timur, Asia Tengah dan lain-lain, pendampingan dan pemberdayaan petani untuk meningkatkan produktivitas kelapa sawit, promosi kelapa sawit sebagai investasi masa depan, benchmark untuk membangun diplomasi “sawit baik” melalui benchmark kepada Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IE CEPA).
Kontribusi kelapa sawit, menurut data OJK, sepanjang mata rantai distribusi dari hulu hingga hilir mencapai 6% - 7% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Total produksi minyak sawit mencapai 47,4 juta ton di tahun 2018, dengan komposisi ekspor mencapai angka 80,7 % dari total produksi komoditas ini.
Total luasan kebun sawit di Indonesia telah mencapai 14,03 juta hektar dan telah meningkatkan penyerapan tenaga kerja menjadi lebih dari 16 juta orang.
Komposisi tersebut terdiri dari 12 juta orang pekerja langsung dan 4 juta petani di perkebunan. Ekspor kelapa sawit Indonesia secara keseluruhan (CPO dan produk turunannya, biodiesel, dan oleochemical) telah dibukukan mengalami kenaikan sekitar 8% atau dari 32,18 juta ton pada 2017 meningkat menjadi 34,71 juta ton di 2018.
Peningkatan paling signifikan secara persentase dicatatkan oleh biodiesel Indonesia yaitu sekitar 851%, atau dari 164 ribu ton (2017) menjadi 1,56 juta ton (2018).
Komoditas kelapa sawit juga berperan penting dalam mendorong penggunaan energi baru dan terbarukan, melalui pelaksanaan program mandatory biodsiesel berbasis kelapa sawit sejak tahun 2015. Melalui program tersebut pemerintah dapat melakukan penghematan devisa negara sebesar Rp 122,65 triliun dan berkontribusi dalam mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 27,8 juta ton CO2.
Untuk pelaksanaan mandatori program biodiesel tersebut pada 2023, pemerintah menargetkan dapat memberikan penghematan devisa mencapai USD 10,75 miliar atau setara Rp 161 triliun, menyerap 1,65 juta tenaga kerja dan mengurangi emisi GRK sebesar 35 juta tom CO2. (jp)