"Salah satu tantangan industri asuransi yang masih menjadi perhatian adalah proses klaim. Sebanyak 60 persen responden percaya bahwa klaim asuransi mereka diproses dengan baik, namun 40 persen lainnya berada di antara netral sebanyak 24 persen dan tidak baik sebesar 16 persen," kata Sahli.
Yang menarik, kata Sahli, saat diminta menilai kemampuan pemerintah dalam menciptakan ekosistem asuransi yang sehat dan berkelanjutan, responden menunjukkan keyakinan yang beragam. Hal ini mencerminkan kebutuhan untuk memperkuat kebijakan yang mendukung pengembangan industri asuransi nasional lebih baik lagi.
"Jawaban positif dari responden yang meyakini adanya komitmen pemerintah untuk memperkuat ekosistem, bisa menjadi katalisator yang positif terhadap industri asuransi nasional ke depan," cetus Sahli.
Survei bertajuk "Persepsi Publik terhadap Prospek Industri Asuransi Nasional" ini dilakukan pada periode 1-15 November 2024. Survei ini menggunakan metode stratified random sampling yang melibatkan responden dari lima kota besar dengan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) tertinggi di Indonesia, yakni Jakarta, Surabaya, Bekasi, Medan, dan Semarang.
Sampling ini mencakup berbagai latar belakang pekerjaan seperti karyawan swasta (38,42 persen), mahasiswa (29,77 persen), wiraswasta (10,94 persen), dan PNS/BUMN/TNI (8,4 persen) dengan total responden 393 orang. Survei dilakukan dengan tingkat kepercayaan (confidence level) sebesar 95 persen dan margin of error 5 persen.(net)