Puasa Ramadhan Mendidik Pribadi Tulus dan Jujur Menghindarkan Perilaku Jahat dan Tercela
Drs. H. Dalmuji Suratno-(ist/rl)-
RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Dalam Alqur’an ada ayat yang memerintahkan agar manusia selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sebagai simbul kedekatan itu di gambarkan dalam sebuah ayat yang artinya: “Dia bersama kamu dimana saja kamu berada” QS : Al-Hadid (57).
Berkenaan dengan amalan ibadah puasa, seringdikutip oleh para muballigh kita sebuah hadits qudsi yang berbunyi: “Sesungguhnya puasa itu milik-Ku (Allah), maka Akulah yang akan memberikan balasannya”.
Dari hadits Qudsi tersebut dapat dipahami bahwa sesungguhnya amalan ibadah puasa itu mengandung nilai-nilai misterius dan hanya Allah SWT sajalah yang tahu apakah seseorang berpuasa atau tidak, atau bagaimana kualitas puasanya.
Kemudian dapat ditarik kesimpulan bahwa ibadah puasa sungguh berbeda dengan ibadah-ibadah lain karena ibadah-ibadah lain itu bersifat kasat mata, seperti halnya ibadah salat, zakat, atau ibadah haji. Bahkan ibadah haji selalu disertai acara atau upacara mengantarkan dan menjemput, dan bahkan di desa hampir semua penduduk ikut serta.
Baca Juga: Indonesia Impor Kurma dari 4 Negara, tapi Tidak Ada ‘Israel’
Namun begitu sebenarnya implikasi menjalankan ibadah puasa pada akhirnya juga dapat dilihat dengan mata apabila ibadah tersebut dijalankan dengan penuh penghayatan yang tulus dan ikhlas.
Puasa berimplikasi vertikal, sebuah ritual yang bersifat yang sangat pribadi, hingga hanya seorang hamba dengan Tuhannya yang mengetahui apakah ia benar-benar menjalankan puasa atau sekedar ikut-ikutan atau bahkan hanya main-main, pura-pura berpuasa di depan publik.
Ibadah puasa pun berimplikasi horozontal, yakni memberikan dorongan atau motivasi kepada seseorang agar mampu mencerminkan sikap-sikap sebagai pribadi yang menjalankan perintah berpuasa.
Puasa mengajarkan seseorang untuk selalu bersikap tulus dan jujur, jujur kepada diri sendiri dan kepada orang lain. Kejujuran adalah dimensi moral dan akhlak yang sangat penting, merupakan modal utama dalam menjalani aktivitas kehidupan.
Adapun kebalikan kejujuran adalah berdusta atau berbohong. Berbohong adalah seperti yang diilustrasikan Rasulullah saw adalah sifat tidak bermoral atau berakhlak. Itulah sebabnya dalam kehidupan sehari-hari orang yang tidak jujur dikatakan sebagai orang yang tidak bermoral dan berakhlak.
Sebuah hadits Rasulullah saw yang sering kita dengar mengingatkan bahwa sesungguhnya bohong atau dusta adalah titik tolak atau pangkalseluruh perbuatan-perbuatan dosa.
Bunyi hadits dimaksud sebagai berikut: “Pangkal segala Dosa adalah Dusta”.
Berkenaan dengan problem dusta ini, sebagaimana diceriterakan bahwa ada seorang badui datang menghadap Rasulullah saw dan ingin memeluk Islam.
Ia mengungkapkan segala perilakunya dengan penuh kejujuran dan keterbukaan, bahwa dirinya sulit meninggalkan perbuatan perbuatan tercela atau tidak bermoral dan berakhlak, seperti mencuri, main perempuan, dan tidak segan-segan membunuh.