Sudahkah Isra Mi’raj Memperjalankan Cinta Kita ke Baitul Maqdis?
Baitul Maqdis.-Foto: net-
Maka, jika saat ini kita melihat kondisi umat Islam sedang berada di titik terendah, Baitul Maqdis sedang dijajah dan dinistakan, ingatlah janji Allah ini.
Janji akan pertolongan dari Yang Maha Perkasa Lagi Maha Penyayang.
Sebagaimana pada masa dan titik terendah dalam hidup baginda Rasulullah ﷺ semasa itu, Allah pun kemudian mengangkatnya ke tempat paling tinggi yaitu sidratul muntaha.
Tempat yang bahkan Malaikat Jibril pun tidak dapat memasukinya.
Dari situasi yang terhimpit tidak bisa ke mana-mana, Allah-lah yang kemudian memperjalankan. Dari titik terendah, Allah-lah yang kemudian mengangkat, setinggi-tingginya.
Maka, dalam sujud kita, dalam shalat kita, yang juga merupakan hadiah dari Isra Mi’raj ini, kita langitkan doa yang sama, kita adukan hal yang sama, tentang lemahnya daya dan upaya kita di hadapan manusia.
Maka dalam ikhtiar kita untuk “asraa” -memperjalankan cinta kita ke Masjidil Aqsha-; dalam ikhtiar melakukan sesuatu untuk kemuliaan Al-Ardhul Muqaddasah dan Al-Ardhul Mubarakah ini; lalu mendapat cibiran, penolakan, hinaan, kesulitan, ketidakmungkinan, kita juga bisa mengucapkan tekad yang sama, “aku tidak peduli, asalkan Engkau ya Allah, tidak murka kepadaku. Maka sungguh aku tidak peduli.” (*)