Keracunan Massal di Lebong, Ahli Gizi Sebut Secara Kasat Menu MBG Sudah Penuhi Standar Gizi

Menu MBG.-(ist/rl)-
LEBONG.RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Kasus keracunan massal yang menimpa ratusan pelajar dan guru di Kabupaten Lebong, Bengkulu, masih menyisakan banyak pertanyaan.
Sebanyak 467 siswa dan 3 guru harus menjalani perawatan intensif di RSUD Lebong dan beberapa fasilitas kesehatan lainnya usai mengonsumsi makan siang bergizi gratis (MBG) yang dibagikan di sekolah.
Hingga kini, penyebab pasti dari insiden tersebut masih dalam proses penyelidikan.
Ketua DPC Persatuan Ahli Gizi Indonesia Lebong, Kurnia Fitra Nanda, S.Gz, menanggapi terkait komposisi gizi dari menu makan siang yang diduga menjadi penyebab kejadian tersebut.
Menurut Kurnia, berdasarkan pengamatan kasat mata, menu MBG telah memenuhi standar gizi yang dianjurkan.
Baca Juga: DD ADD Tahap II Sudah Bisa Diajukan, Laporan Realisasi Tahap I Syarat Mutlak
Menu MBG yang dibagikan terdiri atas mie sebagai sumber karbohidrat, bakso sebagai protein hewani, tahu goreng untuk protein nabati, capcay sebagai sayuran, dan buah jeruk sebagai sumber vitamin.
Menurut Kurnia, jika dilihat dari komposisi tersebut, semua unsur zat gizi makro dan mikro sudah tercakup.
"Secara kasat mata, menu tersebut sudah memenuhi standar gizi. Karbohidrat, protein, vitamin, dan serat ada semua. Tapi penilaian kami sebatas visual dan tidak menyentuh aspek mikrobiologis," ujar Kurnia.
Meski sudah memenuhi standar gizi dari sisi tampilan dan komposisi, Kurnia menegaskan bahwa pihaknya tidak dapat memastikan keamanan mikrobiologis dari makanan tersebut.
Artinya, meski sehat secara teori, bisa saja makanan tersebut telah terkontaminasi oleh bakteri atau zat berbahaya lain yang tak terlihat oleh mata.
Salah satu menu yang paling dicurigai adalah bakso, karena merupakan bahan makanan dari protein hewani yang dikenal rentan terkontaminasi bakteri jika tidak disimpan atau diolah dengan cara yang higienis.
"Protein hewani seperti bakso sangat mudah tercemar jika tidak diolah dengan baik atau dibiarkan terlalu lama dalam suhu ruang. Ini yang menjadi dugaan awal kami," tambahnya.
Paska kejadian, sampel makanan telah dikirimkan untuk diuji oleh Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Bengkulu.