Tinggalkan Amerika untuk Gabung IDF, Eh, Pria Yahudi Ini Malah Masuk Islam

Michel yang dulunya polisi 'Israel' memilih memeluk Islam.-foto: net-

Pada suatu hari, seorang sahabat Muslim memberinya sebuah sajadah. “Awalnya, saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan dengan ini. Tapi setiap kali saya duduk di atasnya, saya merasa seperti berbicara dengan Tuhan,” kenangnya.

Setelah berbulan-bulan belajar, ia akhirnya mengucapkan syahadat. “Aku menangis. Aku merasa telah menemukan kebenaran,” katanya.

Dimusuhi Teman dan Keluarga

Keputusannya masuk Islam tidak mudah. Usai mengumumkan keputusannya untuk masuk Islam, tanggapan komunitas Yahudi sangat keras. Ia diusir dari komunitas Yahudi, dihina rekan kerjanya, bahkan kehilangan pekerjaan.

Beberapa teman lamanya menjauh, dan keluarganya merasa terkhianati. “Seorang rekan berkata, ‘Mana handukmu? Bukankah kau harus pakai handuk di kepala sekarang?’ Aku shock. Orang yang dulu dekat denganku tiba-tiba memandangku dengan kebencian,” kenangnya.

“Bagi mereka, saya bukan hanya meninggalkan agama. Saya meninggalkan identitas, warisan, dan tanah air kami,” kata Michael.

Namun, ada juga yang mendukung. Beberapa teman lama yang lebih terbuka mencoba memahami keputusannya, bahkan ada yang merasa penasaran dengan Islam setelah mendengar ceritanya.

Sekarang, Michael menjalani kehidupan sebagai seorang Muslim yang taat. Ia bekerja sebagai guru bahasa, mengajarkan bahasa Ibrani dan Arab kepada siswa-siswa muda dari berbagai latar belakang.

“Saya menemukan kedamaian dalam Islam, sesuatu yang tidak pernah saya rasakan sebelumnya. Saya tetap mencintai keluarga saya. Tapi saya menemukan jalan yang benar bagi hati dan jiwa saya,” tegas Michael.

Ia menikah dengan seorang wanita Pakistan dan aktif berdakwah. Baginya, Islam adalah jawaban atas pencarian spiritualnya yang panjang.

“Allah memberiku lebih dari yang aku minta. Aku mungkin kehilangan banyak hal, tapi aku menemukan diriku yang sebenarnya,” tutupnya.

Kisah Michael adalah kisah pencarian identitas, iman, dan keberanian untuk mengikuti hati nurani, bahkan ketika itu berarti meninggalkan segala yang pernah dikenalnya.

“Aku seperti berada di sisi sejarah yang salah. Tapi kali ini, aku memilih untuk tidak diam,” ujarnya. (net)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan