Inilah Cara Kerja Teknologi Wind Tunnel F1 yang Dikritik Ferrari
Inilah Cara Kerja Wind Tunnel F1 yang Dikritik Ferrari--Ilustrasi
RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Wind tunnel atau terowongan angin telah menjadi alat penting dalam pengembangan mobil Formula 1 (F1).
Sejak diperkenalkan pada tahun 1963 oleh tim Brabham, teknologi ini memungkinkan insinyur untuk menguji dan menganalisis komponen aerodinamis mobil dengan lebih efisien dan akurat.
Dalam dunia F1, aerodinamika memainkan peran krusial dalam meningkatkan downforce dan mengurangi drag, yang pada akhirnya mempengaruhi performa mobil di lintasan.
Proses kerja wind tunnel diawali dengan pembuatan model skala mobil F1 yang kemudian diuji di dalam terowongan angin.
Tim menggunakan model tersebut untuk memvisualisasikan bagaimana aliran udara berinteraksi dengan komponen mobil.
Kecepatan udara di dalam wind tunnel sangat penting untuk menciptakan kondisi yang mendekati kenyataan di trek balap.
Untuk itu, peralatan seperti kipas besar dengan diameter hingga 4 meter digunakan untuk menghasilkan aliran udara yang konsisten dan dapat diukur dengan presisi tinggi.
Wind tunnel bekerja dengan sistem yang disebut "close-loop," yang berarti aliran udara berputar dalam satu sistem tertutup.
Proses ini mengharuskan udara melewati beberapa tahap untuk mencapai area pengujian, termasuk diffuser dan ruang pengendapan yang berfungsi mengurangi turbulensi.
Selain itu, penggunaan efek Venturi, di mana ukuran lorong diperbesar dan diperkecil, memungkinkan tim untuk mengatur kecepatan aliran udara dan menghemat energi.
BACA JUGA:iPhone 15 Jadi Smartphone Terlaris di Dunia pada Q3 2024, Samsung Ikuti di Posisi Kedua
Namun, seiring dengan perkembangan teknologi, tim F1 mulai menggunakan simulasi CFD (Computational Fluid Dynamics) untuk memperkirakan aliran udara secara virtual sebelum menggunakan wind tunnel.
Meskipun CFD memberikan gambaran awal yang baik, akurasi pengujian fisik menggunakan wind tunnel tetap tak tergantikan.