RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Penggunaan media sosial yang berlebihan, terutama di kalangan anak muda, kini menjadi perhatian serius.
Fenomena kecanduan konten "receh" atau hiburan singkat di platform seperti TikTok, Instagram, dan YouTube Shorts dapat berisiko menyebabkan penurunan kondisi mental, yang dikenal dengan istilah "Brain Rot."
Istilah ini, meskipun bukan istilah medis, digunakan untuk menggambarkan penurunan fungsi kognitif dan kesehatan mental akibat konsumsi konten media sosial yang berlebihan.
Menurut psikolog Fatin, "Brain Rot" bukan hanya masalah ringan, tetapi dapat meningkatkan risiko kecemasan, depresi, dan gangguan mental lainnya.
BACA JUGA:Kemenkes dan Swasta Bersatu Hadapi Peningkatan Kasus DBD di Indonesia
Gejala yang sering muncul termasuk sulit berkonsentrasi, ketergantungan terhadap gadget, serta berkurangnya rentang perhatian.
Kondisi ini sering dialami oleh pengguna yang terus-menerus melibatkan diri dalam konten hiburan singkat yang memberikan kepuasan instan, namun tidak memberikan manfaat jangka panjang bagi perkembangan kognitif.
Media sosial dengan konten yang mudah dicerna dalam durasi singkat, seperti video TikTok dan Instagram, dapat memicu otak untuk terus mencari dopamin, sehingga menyebabkan ketergantungan.
Pengguna, terutama Gen Z dan Alpha, semakin rentan terhadap dampak negatif ini.
Mereka seringkali merasa cemas atau stres melihat pencapaian orang lain yang diposting di platform tersebut, yang dapat memperburuk rasa tidak aman dan perasaan inferior.
BACA JUGA:4 Manfaat Jahe Merah, Pria Wajib Mengonsumsinya
Untuk mencegah "Brain Rot", psikolog menyarankan agar penggunaan media sosial dibatasi menjadi dua jam per hari, terutama untuk anak-anak dan remaja yang masih dalam masa perkembangan otak.
Berbagai kegiatan alternatif seperti berolahraga, berkumpul dengan keluarga, dan mengejar hobi dapat membantu mengalihkan perhatian dari gadget dan memperbaiki kesehatan mental secara keseluruhan.