Khutba Jumat: Menghibur Anak-anak Yatim
Anak-anak Yatim Suriah di pengusian yang kedinginan.-(Bulan Institute)-
RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Jemaah Shalat Jumat
Di bulan Muharam yang tengah kita masuki saat ini terdapat satu hari yang disebut Asyura. Yaitu hari kesepuluh dari bulan Muharam. Hari Asyura adalah hari kemenangan. Allah SWT memenangkan para Nabi-Nya dalam menghadapi musuh-musuhnya. Sebagai bentuk syukur kepada Allah SWT, dianjurkan bagi kita untuk melaksanakan puasa di hari tersebut yang keutamaannya adalah dapat menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim)
Selain itu, terdapat amalan lain yang dianjurkan untuk dikerjakan. Salah satunya adalah mengusap kepala anak anak yatim. Carilah anak yang belum baligh, usaplah kepalanya dengan kelembutan dan kasih sayang, maka Allah SWT akan mencatat berbagai kebaikan di tiap helai rambut yang kita usap. Dalam sebuah hadits, Nabi SAW bersabda:
“Siapa yang mengusap kepala anak yatim hanya karena Allah, maka baginya dalam setiap rambut yang diusap oleh tanganya terdapat berbagai kebaikan.” (HR. Ahmad)
Baca Juga: Tiga OPM Tewas, Ratusan Warga Bakar Mobil TNI dan Polri
Nabi SAW juga bersabda kepada salah seorang sahabatnya: “Jika engkau ingin melembutkan hatimu, berilah makan kepada orang miskin dan usaplah kepala anak yatim.” (HR Ahmad)
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Dalam Risalah Amalan Muharam dan Asyura yang dirilis oleh Tim Departemen Tarbiyah dan Dakwah Rabithah Alawiyah, disebutkan cara mengusap kepala anak yatim. Caranya adalah dengan mengusapnya dari bagian atas kepala ke depan. Sedangkan anak lain diusap dengan cara yang berlawanan, yakni dari depan ke bagian atas kepala. Disebutkan pula, bahwa dianjurkan untuk berdoa ketika mengusap kepala anak yatim :
جَبَرَ اللَّهُ يُتْمَكَ وَجَعَلَكَ خَلَفًا مِنْ أَبِيكَ
“Semoga Allah memberikan ganti atas keyatimanmu, dan menjadikanmu pengganti (yang baik) bagi ayahmu.”
Dalam risalah ini juga disebutkan tentang niat memberi santunan anak yatim. “Hendaknya santunan tidak dikhususkan untuk anak yatim, tetapi juga menyertakan keluarganya. Jika santunan itu dikhususkan untuk anak yatim, maka ibu atau perawatnya haram untuk ikut memakannya, padahal umumnya mereka juga termasuk orang yang membutuhkan.”
Islam sangat menekankan pentingnya memberikan perhatian kepada anak-anak yatim. Mereka termasuk golongan yang membutuhkan pelipur lara. Sebab mereka telah kehilangan penopang mereka, dan orang yang memenuhi dan mengatur urusan mereka setelah Allah SWT.
Mereka kehilangan orang yang memperhatikan urusan mereka, yang berusaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka, yang senang bila mereka senang, yang bahagia dengan kebahagiaan mereka, dan ikut bersedih ketika mereka sedih. Mereka kehilangan orang yang melindungi mereka, mendidik mereka, dan menyingkirkan keburukan dan marabahaya dengan izin Allah. Mereka kehilangan sosok yang datang dengan membawa hadiah dan oleh-oleh, serta menemui mereka dengan peluk hangat dan senyuman.
Inilah anak kecil yang membutuhkan sosok yang menjadi curahan hati ketika sedang bersedih, senang dengan senyumannya dan gembira dengan kedatangannya. Tapi tiba-tiba mereka semua kehilangan sosok manusia ini. Mereka tidak lagi merasakan kehangatan itu, dan tidak lagi mendapatkan kebaikan-kebaikan itu.
Karenanya, mereka butuh hiburan, butuh pengobatan. Banyak sekali nash-nash Alquran dan sunnah Nabi yang mendorong untuk memuliakan anak yatim, berbuat baik kepada para janda, menyambung hubungan dengan mereka, melipur duka mereka, serta memberi peringatan keras dari menyakiti mereka.
Kaum Muslimin Hafidzakumullah
Berikut ini beberapa hadits yang terkait dengan hal tersebut.
Pertama, Imam al-Bukhari mengeluarkan hadits dari Sahal bin Sa’ad As-Sa’idi dari Rasulullah SAW :
أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِى الْجَنَّةِ هكَذَا وأشار بالسبابة والوسطى وفرج بينهما شيئاً
“Aku dan orang yang menanggung anak yatim berada di surga seperti ini.” Beliau mengisyaratkan dengan kedua jarinya yaitu telunjuk dan jari tengah.
Kedua, Imam Muslim mengeluarkan hadits dari Abu Hurairah, dari Rasulullah SAW yang bersabda,
كَافِلُ الْيَتِيمِ لَهُ أَوْ لِغَيْرِهِ، أَنَا وَهُوَ كَهَاتَيْنِ فِي الْجَنَّةِ
“Orang yang menanggung anak yatim miliknya atau milik orang lain, aku dan ia seperti dua ini di surga.”
Ketiga, Allah SWT menjelaskan bahwa di antara sebab seseorang dapat melewati jalan yang mendaki lagi sukar dengan selamat adalah dengan cara berbuat baik kepada anak-anak yatim. Firman Allah :
وَمَآ أَدۡرَىٰكَ مَا ٱلۡعَقَبَةُ (12) فَكُّ رَقَبَةٍ (13) أَوۡ إِطۡعَٰمٞ فِي يَوۡمٖ ذِي مَسۡغَبَةٖ (14) يَتِيمٗا ذَا مَقۡرَبَةٍ (15) أَوۡ مِسۡكِينٗا ذَا مَتۡرَبَةٖ (16) ثُمَّ كَانَ مِنَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡمَرۡحَمَةِ (17) أُوْلَٰٓئِكَ أَصۡحَٰبُ ٱلۡمَيۡمَنَةِ (18)
“Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan, atau memberi makan pada hari kelaparan, (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, atau orang miskin yang sangat fakir, kemudian dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang, mereka (orang-orang yang beriman dan saling berpesan itu) adalah golongan kanan.” (QS. al-Balad : 12-18)
Hadirin yang Dimuliakan Allah SWT
Inilah sekelumit khutbah Jumat berkaitan pentingnya melipur lara anak-anak yatim. Tentu tidak khusus di hari Asyura. Melipur lara di berbagai waktu sesuai kebutuhan dan kemampuan. Semoga apa yang kita keluarkan untuk memberikan santunan kepada anak-anak yatim, dibalas oleh Allah SWT dengan lebih baik dan lebih banyak. (Ali Akbar bin Muhammad bin Aqil)