Kunci Agar Rupiah Perkasa di Tengah Ekonomi AS Melemah
Ilustrasir uang rupiah dan dollar USD .-Foto: net-
JAKARTA.RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Ekonom Universitas Binawan, Farouk Abdullah Alwyni memberikan sejumlah masukan konstruktif kepada Pemerintah terkait upaya memperkuat memperkuat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Farouk mendesak pemerintah memanfaatkan momentum pelemahan ekonomi Amerika Serikat (AS) sebagai peluang memperkuat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Salah satu caranya, Pemerintah diminta mendorong realisasi Memorandum of Understanding (MoU) dengan China untuk menggunakan mata uang lokal dalam transaksi perdagangan bilateral.
Menurut Farouk, langkah ini perlu diperluas ke negara-negara lain yang menjadi mitra dagang utama Indonesia.
Selain itu, Pemerintah dinilai perlu memberikan insentif yang menarik bagi para eksportir agar hasil ekspor dalam bentuk USD dapat dikonversi ke mata uang rupiah.
Langkah tersebut diharapkan dapat meningkatkan pasokan valuta asing di dalam negeri dan memperkuat nilai tukar rupiah.
Lebih lanjut, Farouk menekankan pentingnya menciptakan iklim investasi kondusif untuk menarik lebih banyak investasi asing langsung (FDI) ke Indonesia.
Iklim investasi yang baik akan meningkatkan permintaan terhadap rupiah dan memperkuat nilai tukarnya.
"Pemerintah perlu membuat regulasi yang simple, tidak ribet; birokrasi yang bersih, mudah dan melayani (tidak mempersulit). serta kepastian dan kesetaraan hukum yang baik adalah faktor-faktor kritikal dalam memperkuat daya saing Indonesia untuk menarik investasi LN," kata Farouk dikutip, Jumat (24/10).
Farouk juga menyoroti pentingnya sektor pariwisata sebagai sumber devisa potensial. Pemerintah perlu menciptakan iklim pariwisata menarik dan atraktif guna menarik lebih banyak wisatawan mancanegara.
Dia menambahkan pendekatan "Halal Tourism" juga dapat dioptimalkan untuk menarik wisatawan dari negara Teluk dan anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) pada umumnya.
"Saat ini posisi Indonesia masih jauh di-bawah Thailand, Malaysia, bahkan Vietnam, apalagi dibandingkan dengan China dalam hal kedatangan turis internasional," ungkap Mantan Direksi Bank Muamalat Indonesia ini. (jp)