Tafsir yang Menyakitkan: Janji Berkat atau Alat Justifikasi Genosida?

Benyamin Netanyahu memanipulasi ayat Alkitab Kejadian 12:3 untuk membenarkan dan mendukung kejahatan genosida terhadap rakyat Palestina, sebuah penyalahgunaan teks suci yang menindas keadilan dan kemanusiaan.-Foto: net-

    “Engkau” dalam ayat itu diidentifikasi dengan bangsa Yahudi etnis, bahkan dengan negara Israel modern.

    Siapa pun bangsa yang mendukung Israel akan diberkati Tuhan, dan siapa yang menentangnya akan dikutuk.

    Karena itu, mendukung Israel—secara politik, ekonomi, maupun militer—dianggap sebagai kewajiban iman.

Tafsir ini kemudian mendorong dukungan politik luar negeri Amerika Serikat yang sangat pro-Israel. Tidak jarang, penderitaan rakyat Palestina diabaikan karena dianggap sebagai “kutukan” akibat menentang Israel.

Hal ini sangat paradoks dan ironis, apalagi mengingat protestanisme muncul sebagai gerakan pembebasan dari dogmatisme, namun di sisi lain melahirkan tafsir yang menindas rakyat pribumi Palestina demi melegitimasi politik pengusiran, apartheid, genosida, dan perampasan hak.

Tafsir Kristen Arus Utama

Berbeda dengan itu, Gereja Katolik, Ortodoks, dan banyak denominasi Protestan menolak penggunaan ayat ini sebagai mandat politik. Mereka menekankan bahwa janji dalam Kejadian 12:3 bersifat spiritual, bukan politik.

Dalam Perjanjian Baru, Rasul Paulus menegaskan bahwa janji kepada Abraham digenapi dalam Kristus, dan semua orang beriman disebut “keturunan Abraham”.

Dengan demikian, berkat dan kutuk dalam ayat ini berlaku bagi seluruh umat manusia yang beriman tanpa membedakan etnis atau kebangsaan. Ayat ini seharusnya mendorong solidaritas universal, bukan justifikasi penjajahan atau diskriminasi.

Paus Fransiskus menegaskan bahwa janji Allah kepada Abraham adalah berkat bagi semua bangsa, dan dukungan kepada Israel tidak boleh dijadikan alasan untuk mengabaikan hak rakyat Palestina.

Implikasi Politik

Perbedaan tafsir ini berdampak besar pada politik internasional:

Pertama, kristen Zionis menjadikan ayat ini sebagai dasar teologis dukungan total terhadap Israel, menjelaskan mengapa politisi AS dari kalangan Evangelikal konservatif konsisten mendukung Israel meski dunia internasional mengecam kebijakan pemukiman ilegal dan serangan militer.

Kedua, arus utama menolak penggunaan ayat ini untuk tujuan politik sempit yang melayani kepentingan kolonialisme modern, dan banyak pemimpin gereja menegaskan bahwa keadilan bagi Palestina justru sejalan dengan iman Kristen, karena berkat Allah harus mencakup semua bangsa.

Kritik Akademis

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan