Jumlah Penerima Beasiswa Kelapa Sawit Bengkulu Utara Berkurang

Kepala Dinas Perkebunan Bengkulu Utara, Desman Siboro, SH-foto :firdaus effendi/radar lebong-
BENGKULU UTARA.RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) resmi menghapus sistem afirmasi dalam penilaian penerima beasiswa kelapa sawit 2025.
Kebijakan baru ini berdampak signifikan pada jumlah mahasiswa asal Kabupaten Bengkulu Utara yang lolos seleksi, meski daerah ini masih tercatat sebagai penerima terbanyak di Provinsi Bengkulu.
Menurut Kepala Dinas Perkebunan Bengkulu Utara, Desman Siboro, SH, tahun ini hanya 48 putra-putri daerah yang berhasil mendapatkan beasiswa pendidikan tinggi kelapa sawit. Angka ini menurun dibandingkan tahun sebelumnya ketika sistem afirmasi masih berlaku.
“Dulu ada jalur afirmasi yang mempermudah pendaftar dari daerah, tapi sekarang dihapus. Meski begitu, kita tetap menjadi kabupaten dengan penerima terbanyak dibandingkan daerah lain di Bengkulu,” jelas Desman.
BACA JUGA:Usulan Jalan Desa Kuro Tidur–Dam Air Lais Diajukan ke Program IJD 2025
Beasiswa sawit yang dikelola BPDPKS ini memberikan fasilitas pendidikan gratis bagi mahasiswa terpilih, mulai dari jenjang Diploma I hingga Sarjana. Selain biaya kuliah penuh, seluruh kebutuhan mahasiswa juga ditanggung, termasuk biaya keberangkatan ke kampus tujuan.
“Semua penerima sudah diberangkatkan untuk melengkapi administrasi di universitas masing-masing. Seluruh biaya ditanggung penuh oleh BPDPKS,” tambah Desman.
Secara nasional, jumlah penerima beasiswa BPDPKS tahun ini memang berkurang karena sistem seleksi perengkingan diterapkan lebih ketat. Hampir semua daerah di Indonesia mengalami penurunan jumlah penerima.
“Jika dibandingkan tahun lalu, memang ada penurunan. Tapi untuk Bengkulu Utara, persentase penurunannya masih lebih kecil dibandingkan daerah lain,” ungkap Desman.
Salah satu daya tarik utama dari beasiswa perkebunan kelapa sawit ini adalah adanya jaminan kerja. Setelah menyelesaikan studi, para lulusan langsung direkrut oleh perusahaan perkebunan maupun pabrik pengolahan sawit nasional.
“Program studi yang dipilih juga bervariasi, mulai dari pembenihan, manajemen perkebunan, pengolahan hasil sawit, hingga industri hilir kelapa sawit,” pungkas Desman.