Khutbah Jumat: Cintailah Allah, Rasulullah, dan Ahlul Bait

Mari mencintai keluarga Rasulullah ﷺ yang disebut dengan istilah Ahlul Bait. Inilah naskah khutbah Jumat kali ini--

RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - SELAIN dianjurkan mencintai Allah dan Rasulullah, umat Islam dianjurkan mencintai keluarga Rasulullah (Ahlul Bait). Ahlul Bait Nabi menurut pendapat yang sahih adalah Sayidah Fatimah, Sayyidina Ali, Sayidina Hasan, Sayyidina Husain, anak-anak mereka dan keturunannya.

Inilah naskah lengkap khutbah Jumat kali ini;

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

Hadirin Jamaah Jumat yang Dirahmati Allah SWT

Cinta kepada Allah SWT merupakan sebuah keniscayaan. Sesuatu yang mutlak. Tidak bisa diganggu gugat. Bersifat final dan mengikat.

Demikian pula cinta kepada Sayiduna wa Maulana Muhammad ﷺ merupakan kewajiban. Tidak boleh kita tidak mencintai beliau. Seluruh hidupnya beliau korbankan untuk umat.

Tidak lupa, kita juga harus mencintai keluarga Rasulullah ﷺ yang disebut dengan istilah Ahlul Bait. Tidak boleh kita membenci dan mencacinya.

Cinta kepada ketiganya ini sesuai dengan sabda Rasulullah ﷺ:

أَحِبُّوا اللَّهَ لِمَا يَغْذُوكُمْ بِهِ مِنْ نِعَمِهِ، وَأَحِبُّونِي لِحُبِّ اللَّهِ، وَأَحِبُّوا أَهْلَ بَيْتِي لِحُبِّي

“Cintailah Allah karena kenikmatan yang Dia berikan kepada kalian, cintailah aku atas dasar cinta kepada Allah dan cintailah keluargaku atas dasar cinta kepadaku.” (HR. Tirmidzi)

Berdasar hadits di atas, ada tiga cinta yang harus kita letakkan di dalam hati kita.

Pertama, cinta kepada Allah SWT

Wajib hukumnya kita mencintai Allah SWT yang telah memberikan beragam kenikmatan yang bersifat lahir mau pun batin. Ada nikmat lahir seperti dimudahkannya kita untuk makan, minum, dan banyak aktivitas sehari-hari dalam kehidupan kita.

Nikmat itu ada yang juga bersifat batin. Nikmat seperti ini meliputi di antaranya : taufiq, hidayah, pengetahuan, iman dan islam yang diberikan kepada kita. Semuanya ini mencakup nikmat batin. Sebagaimana firman Allah SWT:

وَاَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهٗ ظَاهِرَةً وَّبَاطِنَةً

“Dan Dia menyempurnakan nikmat-Nya untukmu lahir dan batin.” (QS. Luqman : 20)

Adakah yang sanggup menghitung nikmat Allah? Adakah dari kita yang mampu menyebutkan dengan detail apa saja nikmat Allah SWT kepada kita sejak sebelum kita lahir sampai detik ini?

وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَا ۗاِنَّ اللّٰهَ لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. an-Nahl: 18)

Dikisahkan, ada seorang sayid bernama Nashiri yang sedang melakukan perjalanan haji ke Tanah Suci. Ketika sampai di Bagdad, dia mengunjungi Imam Junaid al-Bagdadi. “Dari manakah engkau datang, wahai sayid?” al-Junaid bertanya. “Aku datang dari Ghilan,” jawab sayid.

“Keturunan siapakah engkau?” “Aku keturunan Ali imam kaum Muslimin.”

“Nenek moyangmu itu bersenjatakan dua bilah pedang,” ujar al-Junaid, “Yang satu untuk melawan orang-orang kafir dan yang lainnya untuk melawan dirinya sendiri. Pada saat ini, sebagai keturunannya, pedang manakah yang engkau gunakan?”

Sayid itu menangis sedih mendengarkan pertanyaan itu, lalu berkata, “Wahai Syaikh, di sinilah ibadah hajiku. Tunjukkanlah kepadaku jalan menuju Allah.”

Kata Imam Junaid, “Dadamu adalah tempat Allah bernaung. Usahakanlah agar tidak ada kotoran yang memasuki tempat bernaung-Nya.”

Malik bin Dinar berkata, “Sesungguhnya hati yang seseorang yang mencintai Allah SWT akan senang untuk selalu melakukan ibadah karena Allah SWT.”

Salamah bin Dinar berkata, “Dua hal yang jika engkau amalkan, engkau akan mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat : Sabarlah dengan sesuatu yang tidak engkau sukai, asal itu disukai oleh Allah dan bencilah sesuatu yang engkau sukai, jika hal itu dibenci oleh Allah SWT.”

Hadirin Jamaah Jumat yang Dirahmati Allah SWT

Kewajiban cinta yang kedua adalah cinta kepada Sayiduna wa Maulana Muhammad ﷺ. Mengapa kita mencintai Rasulullah ﷺ? Ada banyak jawaban yang bisa disampaikan.

Namun yang paling penting adalah kita harus mencintai beliau ﷺ karena Allah SWT mencintainya. Sekali lagi, karena Allah SWT yang Maha Agung dan Maha Besar, mencintai Rasulullah ﷺ.

Allah SWT meletakkan cinta kepada Rasulullah di hati orang-orang beriman. Maka, aneh jika ada yang mengaku cinta kepada Allah tapi tidak cinta kepada Rasulullah ﷺ. Lebih parah lagi, cinta kepada Rasulullah ﷺ tapi tidak mencintai Allah SWT.

Allah memerintahkan kita untuk mencintai manusia biasa yang dicintai oleh-Nya SWT, seperti disebutkan dalam hadits:

إنَّ اللَّهَ إذا أحَبَّ عَبْدًا دَعا جِبْرِيلَ فقالَ: إنِّي أُحِبُّ فُلانًا فأحِبَّهُ، فيُحِبُّهُ جِبْرِيلُ

“Jika Allah mencintai seorang hamba, maka Allah memanggil malaikat Jibril lalu berfirman, ‘Sesungguhnya Aku mencintai fulan, oleh karena itu cintailah si fulan.’ Maka, Jibril pun mencintainya.

ثُمَّ يُنادِي في السَّماءِ فيَقولُ: إنَّ اللَّهَ يُحِبُّ فُلانًا فأحِبُّوهُ، فيُحِبُّهُ أهْلُ السَّماءِ، قالَ ثُمَّ يُوضَعُ له القَبُولُ في الأرْضِ

“Lalu, malaikat Jibril menyeru di langit, ‘Sesungguhnya Allah mencintai Fulan, oleh karena itu hendaklah kalian mencintai Fulan.’ Maka, penduduk langit pun mencintai Si Fulan. Kemudian, diletakkan untuk Si Fulan tersebut penerimaan di muka bumi.” (HR. Muslim)

Jika manusia biasa yang baik dianjurkan untuk kita cintai, tentu jauh lebih utama dan lebih wajib mencintai Sayiduna wa Maulana Muhammad ﷺ.

Diriwayatkan ada seorang sahabat datang kepada dan berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau benar-benar lebih aku cintai melebihi diriku sendiri dan melebihi cintaku kepada anakku.”

Sahabat ini melanjutkan, “Jika aku berada di rumah lalu aku mengingatmu, maka aku tidak sabar hingga aku mendatangimu dan melihat wajahmu. Jika aku mengingat kematianku dan kematianmu, maka aku tahu bahwa engkau apabila masuk surga engkau akan diangkat bersama para Nabi, sementara aku jika masuk surga, aku takut tidak berjumpa denganmu.”

Nabi ﷺ tidak memberi tanggapan sampai datang Jibril dengan membawa ayat yang artinya, “Siapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu : Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang- orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS. an-Nisaa’: 69)

Hadirin Jamaah Jumat yang Dirahmati Allah SWT

Cinta yang ketiga adalah cinta kepada keluarga Rasulullah (Ahlul Bait). Ahlul Bait Nabi menurut pendapat yang sahih adalah Sayidah Fatimah, Sayyidina Ali, Sayidina Hasan, Sayyidina Husain, anak-anak mereka dan keturunannya.

Pada suatu pagi, Rasullullah ﷺ keluar dari rumahnya dengan mengenakan kain bulu hitam yang berhias. Tidak lama berselang, datanglah Hasan bin Ali. Lalu Rasulullah menyuruhnya masuk ke dalam rumah.

Kemudian datanglah Husain dan beliau pun masuk bersamanya ke dalam rumah. Setelah itu datanglah Fatimah dan beliau pun menyuruhnya masuk ke dalam rumah. Akhirnya, datanglah Ali dan beliau pun menyuruhnya masuk ke dalam rumah. Lalu beliau membaca ayat

 Alquran yang berbunyi:

إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمْ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا

“Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa darimu, hai ahlul bait, dan membersihkanmu sebersih-bersihnya.” (QS. al-Ahzab : 33). (HR. Muslim)

Di antara kesempurnaan iman dan sikap cinta kepada Rasulullah ﷺ adalah mencintai keluarganya. Tidaklah mencintai keluarga Rasulullah kecuali dia orang yang beriman. Tidaklah seseorang membenci keluarganya kecuali dia orang munafik.

Rasulullah ﷺ banyak mewasiatkan kepada umatnya untuk memperhatikan mereka dan mencintai mereka, karena Allah SWT memerintahkan hal ini dalam firman-Nya:

قُلْ لَّآ اَسْـَٔلُكُمْ عَلَيْهِ اَجْرًا اِلَّا الْمَوَدَّةَ فِى الْقُرْبٰىۗ

“Katakanlah wahai Muhammad: Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah apapun atas seruanku, kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan.” (Qs. asy-Syuura : 23).

Oleh karena itu, seluruh umat Islam berkewajiban mencintai mereka dan menghormati mereka tanpa berlebihan. Imam Syafi’i berkata dalam syairnya:

يا آلَ بَيتِ رَسولِ اللَهِ حُبَّكُمُ
فَرضٌ مِنَ اللَهِ في القُرآنِ أَنزَلَهُ
يَكفيكُمُ مِن عَظيمِ الفَخرِ أَنَّكُمُ
مَن لَم يُصَلِّ عَلَيكُم لا صَلاةَ لَهُ

“Duhai keluarga Rasulullah! Mencintai kalian, Allah haruskan dalam Alquran-Nya. Cukuplah menjadi bukti keagungan kalian, bahwa siapa pun yang tidak berselawat kepada kalian, maka shalatnya tidaklah diterima.”

Inilah cinta yang harus kita hujamkan dalam kalbu kita. Kita harus mencintai Allah SWT, Rasulullah ﷺ, dan Ahlul Bait. Semoga Allah SWT menganugerahkan kepada kita cinta kepada Allah, Rasulullah, dan keluarga Rasulullah. (Ali Akbar bin Muhammad bin Aqil)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan