RADARLEBONG.BACAKORAN.CO-Azaras Ragawi, pemilik Ragawi Farm, memulai usaha peternakan ayam kampung KUB pada tahun 2015 setelah meninggalkan karier sebagai guru sekolah menengah pertama.
Keputusan ini dipicu oleh kebijakan baru yang mengharuskannya berada di sekolah dari pagi hingga sore hari, yang membuatnya mempertimbangkan alternatif lain.
Dengan dukungan keluarga, terutama dari istri dan ibu, Azaras memutuskan untuk mengejar hobi beternak ayam kampung.
Dengan modal awal sekitar Rp300.000, yang berasal dari honor mengajar, ia memulai usaha ini di pekarangan rumahnya.
BACA JUGA:Berapa Biaya dan Keuntungan yang Didapat dengan Ayam Petelur Jumlah 90 Ekor
Pengelolaan Modal Awal dan Pengembangan Bisnis
Dengan modal yang terbatas, Azaras memulai peternakan dengan memelihara 10 indukan ayam kampung.
Telur yang dihasilkan digunakan untuk membeli pakan, sementara hasil penjualan sisanya ditabung untuk pengembangan usaha.
Seiring berjalannya waktu, peternakan ini berkembang pesat. Selain memelihara ayam, mereka mulai menerapkan sistem hilirisasi produk peternakan, yang mencakup pengolahan dan penjualan daging ayam.
BACA JUGA:Mundur dari Caleg DPRD Terpilih, Roiyana Pilih Dampingi Kopli
Sistem Hilirisasi dan Pemasaran
Ragawi Farm menerapkan sistem hilirisasi yang mencakup seluruh proses dari hulu hingga hilir. Proses ini dimulai dari peternakan ayam, pemetikan telur, hingga penetasan DOC (day old chick). Ayam-ayam dewasa dibagi menjadi beberapa kategori untuk dijual sebagai karkas atau siap masak.
Selain itu, sebagian ayam juga disuplai ke rumah makan, katering, dan pasar tradisional. Dengan sistem ini, Ragawi Farm memaksimalkan setiap bagian dari proses peternakan untuk meningkatkan keuntungan dan efisiensi.
Penjualan Langsung dan Distribusi
Untuk menghindari peran tengkulak, Ragawi Farm menjual produk langsung ke konsumen seperti rumah makan dan katering.