Tiga Tanda Bahwa Kita Telah Merasakan Manisnya Iman

Kamis 01 Feb 2024 - 23:33 WIB

Jangan sampai dihari kemudian, ketika manusia dikumpulkan, ada sebagian manusia yang mengatakan waminannasi may yaqulu amanna billahi waly aumil akhir, namun pengakuan mereka ditolak oleh Allah. Jangan sampai pengakuan kita juga tidak diterima oleh Allah.

Hadirin sekalian, mari kita gunakan kesempatan hidup yang Allah berikan untuk lebih mencintai Allah dan rasul-Nya diatas cinta kita kepada segalanya, sehingga kita bisa merasakan manisnya keimanan.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Yang kedua, untuk menggapai manisnya iman:

Mereka menjalin persaudaraan karena Allah dan berpisah karena Allah.

Artinya apa, Ketika kita menjalin persahabatan, kita bersahabat bukan untuk mencari keuntungan, ketika kita menjalin persaudaraan, kita bersahabat dan bersaudara bukan hanya karena kepentingan politik atau kepentingan pribadi semata. Sehingga apa? Ketika ada orang yang bersabahat, berkawan, bersaudara karena hanya untuk mencari keuntungan dan kepentingan, maka disaat ia telah mendapat keuntungan dan kepentingannya, persahabatan itupun pudar dan runtuh.

Kita berkawan karena Allah, bertemu karena Allah, baik senang ataupun susah, maka persahabatan ini tetap berjalan dengan baik. Maka mari kita lihat persahabatannya Rasulullah dengan para sahabatnya, mari luruskan niat kita, bersahabat bukan karena kepentingan semata, tapi bersahabat karena Allah SWT. Innamal a’malu bin niah, segala perbuatan tergantung kepada niat, mari kita niatkan persahabatan itu karena Allah.

Sahabat yang baik adalah yang selalu mengingatkan temannya kepada kebaikan, teman yang baik adalah teman yang mengingatkan kita kepada kebaikan. Saling menasehati dan mau dinasehati. Inilah penyakit kebanyakan kita, terkadang kita mau menasehati, tapi sulit untuk menerima nasehat.

Teman yang baik adalah yang saling menasehati dan mau menerima nasehat sahabatnya. Persahabatan kita tidak hanya bersatu di dunia namun juga bersatu di akhirat karena Allah SWT.

Kemudian yang ketiga,

Mereka benci kembali kepada maksiat yang dulu mereka kerjakan, mereka benci kembali kepada kekufuran yang pernah dulu mereka lakukan, sebagaimana bencinya mereka dilemparkan ke dalam api neraka.

Ketika kita telah diberikan hidayah, dulu kita sering berbuat maksiat, dulu kita sering bergelimang dosa dan kekufuran, dulu kita jauh dari Allah. Setelah mendapat hidayah, kita kembali kepada jalan yang benar, tidak ada lagi niat untuk kembali kepada maksiat dan dosa serta kekufuran.

Maka hadirinm mari kita merawat iman kita dengan baik, dengan kita menjaga iman, insyaAllah akan kita dapatkan kebahagiaaan dan keberkahan di dunia dan di akhirat.

Kenapa? karena orang beriman itu selalu menerima ketetapan di dalamnya.

Ketika mereka kaya mereka tidak sombong, sama halnya seperti Nabi Sulaiman. Nabi Sulaiman kaya tidak pernah merasa sombong, Nabi Sulaiman kaya tidak pernah merasa angkuh, dan Nabi Sulaiman kaya tetap menjaga kedekatan ibadahnya dengan Allah dan tetap memperbaiki hubungannya dengan sesama manusia.

Ketika mereka kaya bersyukur, ketika mereka susah dalam kemiskinan, bagi orang yang beriman tidak masalah, kenapa tidak masalah? karena mereka yakin bahwa rezki itu sudah diatur oleh Allah.

Kategori :