RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Pada awal Februari lalu, tiba-tiba datang seorang gadis berusia 15 tahun ke al-Madinah Islamic Learning Center (MILC) di pinggiran Manila, Filipina. Gadis bernama Emeleta alias Emily itu menyatakan ingin bersyahadat.
Ketika ditanya, mengapa memilih masuk Islam? Jawabnya, “Karena İslam adalah agama yang benar.”
Rupanya sang ayah baru sepekan lalu memeluk Islam. Emily pun teryakinkan.
Sepekan kemudian, Emily datang lagi dengan mengenakan busana Muslimah. Kali ini ia mengajak kakak dan sahabatnya, juga ingin bersyahadat. Subhanallah.
Markas Pembinaan Mualaf
Banyak Filipino (orang asli Filipina -red) seperti Emily yang datang ke MILC, markas dakwah yang didirikan oleh seorang mualaf bernama Sister Maryam. Lembaga ini berikhtiar mendampingi, melayani, dan menyantuni para mualaf.
Pada bulan Ramadhan tahun 1445 H lalu, Yayasan Sahabat al-Aqsha bekerjasama dengan Departemen Hubungan AntarBangsa DPP Hidayatullah pernah mengadakan pesantren kilat selama dua pekan. Pesertanya ada belasan Muslimah dan tampak antusias. Bahkan ada yang rela izin cuti bekerja demi bisa belajar agama.
Para mualaf belajar hal-hal mendasar mulai dari tata cara berwudhu, cara mandi besar setelah haid, shalat, mengenal huruf Hijaiyah, hafalan doa dan surat-surat pendek, dan sejenisnya.
Sister Maryam membangun markas itu di lahan milik rumahnya. Alhamdulillah ada muhsinin yang membantu, namun pembangunannya sampai saat ini masih jauh dari selesai.
Gedung MILC dirancang 3 lantai. Rencananya lantai 1 untuk kantor dan pelayanan mualaf, lantai 2 untuk kelas-kelas madrasah, dan lantai 3 untuk mushala dan aula kegiatan. Saat ini yang bisa difungsikan baru lantai 1 untuk ruang serba guna. Ada area untuk shalat, tempat wudhu, rak buku, dapur, dan kamar mandi.
“Selama kegiatan pesantren Ramadhan, kalau malam para ustadzah ya tidurnya ramai-ramai di ruangan ini. Pagi sampai siang ruangannya untuk belajar mualaf, lanjut sore sampai buka puasa,” jelas Maryam.
Agar semua lantai bisa difungsikan, masih diperlukan biaya sekitar 1,3 juta pesos (sekitar Rp 400 juta). “Kami serahkan kepada Allah bagaimana caranya menyelesaikannya,” Maryam tersenyum sambil menengadahkan tangan.
Menurut Muslimah yang enerjik ini, keberadaan MILC amat dibutuhkan oleh umat Islam. Di daerahnya hanya ada satu buah masjid yang bangunannya lebih mirip mushala di Indonesia. Lembaga pendidikan Islam pun belum ada. Sedangkan jumlah gereja ada 20-an, mulai dari yang kecil hingga besar.
Berdasar data dari Otoritas Statistik Filipina, pada tahun 2020 jumlah
penduduk di daerah itu sekitar 100 ribu orang. Sementara jumlah Muslimnya, menurut Maryam hanya 400-an orang.