Khutbah Jumat: Meraih Derajat Takwa dengan Puasa Lahir dan Batin

Kamis 13 Mar 2025 - 21:47 WIB

RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - DALAM  kitab Asraar al-Sawm wa Syuruutuh al-Baathinah, Imam Ghazali memberikan keterangan bahwa puasa yang dikerjakan oleh seseorang, seyogyanya tidak sekadar menahan diri dari makan serta minum, dari menahan lapar dan dahaga saja.

Di bawah ini naskah khutbah Jumat lengkapnya;

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

Kaum Muslimin Hafidzakumullah

Dalam kitab Asraar al-Sawm wa Syuruutuh al-Baathinah, Imam Ghazali memberikan keterangan bahwa puasa yang dikerjakan oleh seseorang, seyogyanya tidak sekadar menahan diri dari makan serta minum, dari menahan lapar dan dahaga saja.

Menurut Syaikh Abdurrahman Al-Ausy, ada sisi-sisi batin yang harus kita puasakan sehingga puasa yang kita kerjakan menjadi sempurna secara lahir mau pun batin. Karena pada hakikatnya puasa melibatkan penjagaan terhadap seluruh anggota tubuh dari perbuatan maksiat dan dosa, yang pada ujungnya menjadi tali penghubung kita dengan Allah.

Dimensi puasa batin meliput;

Pertama, puasa pendengaran

Maksudnya adalah menjaga pendengaran kita, telinga kita, dari hal-hal yang tidak layak masuk ke telinga kita, terlebih saat kita tengah berpuasa. Mendengar sesuatu yang tidak baik sama buruknya dengan mengucapkannya.

Allah SWT berfirman tentang orang-orang yang gemar mendengar kebohongan :

سَمَّاعُونَ لِلْكَذِبِ أَكَّالُونَ لِلسُّحْتِ

“Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan yang haram.” (QS. Al-Ma’idah: 45)

Kedua, puasa lisan

Artinya kita harus bisa menahan lisan kita dari ucapan-ucapan yang tidak benar seperti, dusta, menggunjing, berkata jorok, atau membicarakan hal-hal yang nihil manfaat.

Kategori :