90 Persen Pemda Sudah Memanfaatkan Rapor Pendidikan, Para Kadis & Kepsek Bersuara

Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Ditjen PDM) Kemendikbudristek Iwan Syahril (kiri) saat berdialog dengan para penerima manfaat Rapor Pendidikan di Jakarta, Selasa (5/3).-Foto: Humas Kemendikbudristek-

“Kami berhasil mendekatkan diri dengan dunia kerja dan melakukan sinkronisasi kurikulum. Apa yang dimiliki oleh sekolah dan apa yang dibutuhkan oleh dunia kerja,” ungkapnya. 

Selain itu, Deden menambahkan sejak mengikuti PBD, program-program yang ada di sekolahnya menjadi lebih tertata dengan baik.

Pada 2022 ada gradasi warna kuning literasi dan numerasi sehingga menjadi fokus Deden dalam merancang program sesuai. Hasilnya pada 2023 menjadi hijau dan itu pencapaian tertinggi.

"Program literasi dan numerasi kami berhasil signifikan dan progresnya meningkat. Cara kami melakukan PBD adalah dengan mengunduh rapor pendidikan untuk menganalisis hasil satuan pendidikan saya per indikator,” ujar Deden. 

Kepala Satuan PAUD Haraki Depok, Eka Annisa mengungkapkan perilisan rapor pendidikan PAUD ini, membawa dampak yang luar biasa bagi satuan pendidikan dibandingkan sistem evaluasi terdahulu. 

Sebelumnya, tidak ada pendekatan yang komprehensif. Eka hanya melihat kondisi ideal, hasil yang diharapkan, kondisi nyata, dan rencana tindak lanjut. 

Namun, dengan adanya perencanaan berbasis data ini, mereka bisa melakukan identifikasi dan refleksi yang lebih detail. 

"Kami pun tahu program prioritas apa yang dibutuhkan oleh satuan kami,” ucap Eka. 

Senada itu, Kepala Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri 1 Jakarta Dedeh Kurniasih menyampaikan bahwa dengan adanya rapor pendidikan, proses evaluasi pendidikan menjadi lebih terarah. 

Di sana sudah tertera hingga ke akar masalah dan bentuk rekomendasi pembenahan, misalnya peningkatan kompetensi guru.

Dalam melaksanakan rekomendasi pembenahan tersebut, Dedeh menguraikan bahwa sekolahnya memiliki program yang tidak menggunakan anggaran. 

“Peningkatan kompetensi tanpa budget ini kami lakukan melalui komunitas belajar dan sekolah komunitas. Kami membuat tim kecil untuk berbagi praktik baik dengan teman-teman di dalam komunitas, kemudian diteruskan kepada sekolah-sekolah lain,” ujarnya. (jp)

Tag
Share