Beginilah Cara Para Ulama Menyambut Ramadhan
Para Ulama Menyambut Ramadhan.-Foto: net-
Ada pula sebagian ulama yang berkata, “Tahun itu bagaikan sebuah pohon. Bulan Rajab adalah waktu bersemi, bulan Sya’ban adalah waktu bercabang, sedangkan bulan Ramadhan adalah waktu memetik. Dan orang Mukmin adalah pemetiknya.” (Latha`if al-Ma’arif, hal 234).
Pernyataan para ulama di atas menggambarkan, keadaan seorang Muslim di bulan Rajab dan Sya’ban akan menentukan keadaannya di bulan Ramadhan. Bulan-bulan itu berkaitan erat.
Di bulan Rajab dan Sya’ban, doa agar sampai pada bulan Ramadhan tetap dilakukan. Ada sebuah Hadits yang masyhur:
Diriwayatkan dari Anas, ia berkata, “Rasulullah ﷺ jika memasuki Rajab berkata, ‘Ya Allah, berkahilah untuk kami di bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikan kami kepada Ramadhan.’” (Riwayat Ahmad).
Al-Hafizh Ibnu Rajab menghukumi Hadits ini isnadnya dhaif, namun kemudian ia berkata, yang artinya; “Dan di Hadits ini terkandung dalil atas disunnahkannya berdoa di waktu-waktu yang memiliki keuatamaan, agar bisa memperoleh amalan shaleh di dalamnya.” (Latha`if al-Ma’arif, hal 234).
Sejak di bulan Rajab, para ulama sudah mengkondisikan diri untuk bersiap memasuki bulan Ramadhan. Dalam hal ini, kita bisa belajar dari Imam Taqiyuddin as-Subki (756 H), ulama mujtahid Mazhab asy-Syafi’i.
Kebiasaan Imam Taqiyuddin, di kala datang bulan Rajab, beliau tidak pernah keluar dari rumah kecuali untuk melakukan shalat wajib, dan hal itu terus berjalan hingga Ramadhan tiba. (*)