Tiga Nasehat Rasulullah yang Mengharukan
Maka disini berlaku peribahasa diam itu emas. Bahwa tidak semua ucapan harus kita lontarkan, tidak semua perasaan harus kita sampaikan apalagi perasaan yang dibungkus dengan nilai-nilai kebencian, didalamnya ada nilai-nilai fitnah kepada saudara-saudara kita, hari ini betapa kita dimanjakan oleh teknologi, perkembangan sosial media yang mudah kita akses dimana saja, sehingga terkadang kita tidak mampu mengendalikan diri, ketika kita melihat ada hal-hal yang tidak sesuai dengan nafsu kita, yang tidak sesuai dengan selera kita maka kita segera mengambil alat komunikasi kita lalu menuliskan kata-kata disana, terjemahan dari lisan yang kita aplikasikan dalam tulisan kita kemudian melahirkan perkataan-perkataan yang buruk, ucapan-ucapan yang justru menyakitkan bahkan mungkin mengandung firnah dan sebagainya
Pesan Rasulullah kepada sahabat ini mudahan-mudahan juga menjadi bagian penting bagi kehidupan kita, menyampaikan kebaikan dari lisan akan mendatangkan kemaslahatan tapi menyampaikan keburukan yang juga berasal dari lisan akan membawa kemudharatan dan kerusakan.
Hadirin yang dimuliakan Allah
Nasehat singkat ketiga dari Rasulullah SAW kepada sahabat tadi adalah
Jangan pernah berharap dengan apa yang telah dimiliki oleh manusia,
Ketika kita berharap kepada manusia walaupun orang yang kita anggap bisa membantu menolong kita, teman dekat kita, kadang-kadang yang muncul adalah sebuah kekecewaan, dulu mungkin kita pernah beranggapan alangkah enaknya kalau kita punya teman seorang pejabat ketika kita bersama-sama merintis dari bawah mungkin, dan dia melesat karirnya ke atas kemudian kita beranggapan teman kita akan bisa membantu kita, menyelesaikan persoalan kita, tapi kadang-kadang kekecewaan yang sering kita jumpai, orang-orang yang telah berada dipuncak kejayaannya seolah-olah lupa dengan orang-orang yang berada dibawahnya.
Oleh sebab itu jangan pernah berharap kepada manusia, bahkan kadang-kadang ketika peluang-peluang sudah ada didepan mata pada saat tinggal satu detik lagi ada dalam genggaman kita, bisa saja berubah menjadi sebuah harapan yang sia-sia, jangan pernah berharap kepada manusia tapi berharaplah kepada Allah SWT.
Berharap kepada Allah SWT dengan tawakal da qana ’ah kepada Allah SWT. Qana’ah artinya menerima pemberian Allah SWT, dengan keikhlasan dan berbaik sangka kepada Allah, tidak berburuk sangka kepada Allah SWT. Qana ’ah adalah menerima apa adanya bukan bertanya ada apanya tetapi qana ’ah adalah menerima apa adanya sesuatu yang telah diberikan oleh Allah SWT.
Tiga hal yang ringkas sebagaimana yang ditanyakan oleh seorang sahabat Rasulullah kepada baginda Rasul ini, mudahan-mudahan menjadi pegangan buat kita bersama bahwa yang pertama adalah kita jadikan ibadah kita seolah olah menjadi ibadah terakhir yang kita lakukan, maka maksimalkan dalam praktik pelaksanaanya, yang kedua adalah menjaga lisan kita dalam setiap perkataan karena lisan yang baik akan melahirkan pahala sementara perkataan yang buruk akhirnya akan membawa dampak dosa dan permusuhan.
Terakhir jangan pernah berharap terhadap kebaikan kelebihan yang dimiliki oleh manusia, tapi berharaplah kepada Allah SWT, siapa yang bertawakal kepada Allah, Allah akan cukupkan dirinya, siapa yang berserah kepada Allah SWT, Allah tidak akan pernah mengecewakannya bahkan ketika seseorang berada jatuh di dalam keterpurukan justru Allah akan angkat dia dari lembah keterpurukan tersebut.
Semoga kita semua diberikan keistiqamahan oleh Allah SWT, menjadikan tuntunan rasulullah bukan sebatas tontonan tapi justru tuntunan rasulullah sebagai ikutan ditengah-tengah kehidupan kita, karena apa yang disampaikan oleh Rasulullah menjadi pedoman terbaik sepanjang hidup kita.
Semoga kita dapat menata hari-hari kedepan di sisa-sisa umur yang diberikan Allah kepada kita ini, menuju jalan yang diridhai oleh Allah SWT. Aamin ya Rabbal’alamin.
Itulah tiga nasehat rasulullah, Semoga bermanfaat apa yang khatib sampaikan, yang benar datang dari Allah, dan yang salah datang dari diri khatib sendiri. Kepada Allah khatib mohon ampun dan kepada hadirin khatib memohon maaf.
Barakallahu li walakum, wallahu a’lam bis shawab. (*)