(Khutbah Jumat): Hakikat Hijrah adalah Meninggalkan Keburukan dan Bertobat kepada Allah Swt

Hijrah.-foto: net-
Ada banyak kisah yang bisa kita pelajari tentang orang yang hijrah kepada Allah. Salah satunya, diceritakan bahwa di sebuah daerah, hiduplah seorang pemabuk, preman, dan biang kriminal.
Suatu hari, para pemuda di wilayahnya hendak mengadakan majelis pengajian, tapi takut kepadanya. Mereka khawatir akan didamprat olehnya. Konon, tubuhnya kebal dan penuh ilmu jahat.
Mendengar berita itu, Habib Mundzir al-Muswa, pendiri dan pimpinan Majelis Rasulullah datang ke rumahnya. Habib Mundzir mengucapkan salam, tapi tidak dijawab. Dia hanya mendelik dengan bengis, sambil melihat Habib Mundzir dari atas ke bawah. “Mau apa?!”
Habib Mundzir mengulurkan tangan dan preman itu juga ikut mengulurkan tangannya. Habib Mundzir mencium tangannya, lalu memandangi wajahnya dengan lembut dan benuh keramahan.
Habib Mundzir berkata dengan suara rendah nan lembut, “Saya mau mewakili pemuda sini, mohon doa restu dan izin bapak, agar mereka diizinkan membuat majelis di mushala dekat sini.”
Preman itu terdiam, tubuhnya lemas dan tertunduk lesu di kursinya. Ia menunduk dan menutup kedua matanya.
Ketika ia mengangkat kepalanya, Habib Mundzir tersentak. Habib Mundzir mengira bahwa preman itu akan menghardik atau mengusir.
Ternyata wajahnya merah dan matanya basah penuh air mata. Ia menangis tersedu-sedu. “Seumur hidup, belum pernah ada kiai datang ke rumah saya. Tapi kini, pak ustadz datang ke rumah saya dan mencium tangan saya. Padahal tangan ini belum pernah dicium siapa pun. Bahkan anak-anak saya pun jijik pada saya. Mereka tidak pernah mencium tangan saya.”
“Semua tamu saya adalah penjahat, mengadukan musuhnya untuk dibantai, menghamburkan uangnya kepada saya agar saya mau berbuat jahat lagi dan lagi. Kini, datang tamu minta izin pengajian suci pada bajingan seperti saya?”
Preman itu menciumi tangan dan kaki Habib Mundzir dengan menangis. Ia bertobat. Sekarang, mantan preman itu sudah salat, meninggalkan minuman keras dan segala macam tindak kriminal.
Dulu, dia hobi mabuk. Dan jika sudah mabuk, tak ada orang di kampung itu yang berani keluar rumah. Sekarang terbalik, ia menjadi pengaman di sana, tak ada orang yang mabuk berani keluar rumah jika ada dia.
Bahkan kini, ia menjadi koordinator mushala, mengatur teman-temannya (para preman) untuk membersihkan mushala. Para anak buahnya diperintahkan hadir ke majelis untuk ikut pengajian.
Demikian khutbah Jumat pada siang hari ini. Ada dua hakikat hijrah yang berlaku bagi siapa saja dan dalam kondisi apa pun. Kita harus hijrah dari keburukan dan hijrah dengan kembali kepada Allah SWT dan Rasul-Nya ﷺ.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فيِ القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنيِ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْليِ هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Jumat Kedua