6 Obat untuk Penderita Hipertensi

Obat-obatan.-foto: net-
Obat angiotensin II receptor blocker (ARB) juga bekerja dengan cara menghalangi angiotensin dalam tubuh.
Namun, obat ini menghalangi kerja angiotensin dalam tubuh bukan menghalangi produksi angiotensin, sehingga tekanan darah menurun.
Efek samping obat darah tinggi ini, yaitu pusing sesekali, masalah sinus, maag, diare, dan sakit punggung.
Contoh obat ARB: azilsartan (Edarbi), candesartan (Atacand), irbesartan, losartan potassium, eprosartan mesylate, olmesartan (Benicar), telmisartan (Micardis), dan valsartan (Diovan).
4. Beta blocker
Obat hipertensi ini bekerja dengan cara menghalangi efek dari hormon epinefrin (hormon adrenalin).
Hal ini membuat jantung bekerja lebih lambat serta detak jantung dan kekuatan pompa jantung menjadi menurun.
Dengan demikian, volume darah yang mengalir di pembuluh darah menurun dan tekanan darah pun ikut turun.
Adapun efek samping dari obat hipertensi beta blocker, yaitu insomnia, tangan dan kaki dingin, kelelahan, depresi, detak jantung lambat, sesak napas, nyeri dada, batuk, impotensi, sakit perut, sakit kepala, pusing, serta sembelit atau diare.
Contoh obat beta blocker: atenolol (Tenormin), propranolol, metoprolol, nadolol (Corgard), betaxolol (Kerlone), metoprolol tartrate (Lopressor) acebutolol (Sectral), bisoprolol fumarate (Zebeta), nebivolol, dan solotol (Betapace).
5. Alpha blocker
Obat jenis alpha blocker digunakan untuk mengatasi darah tinggi dengan memengaruhi kerja hormon norepinephrine, yang bisa mengencangkan otot-otot pembuluh darah.
Mengonsumsi obat hipertensi ini, otot-otot pembuluh darah bisa mengendur dan melebar, sehingga tekanan darah pun menurun.
Obat darah tinggi golongan ini biasanya menimbulkan efek samping berupa, detak jantung yang cepat, pusing, dan penurunan tekanan darah saat berdiri.
Contoh obat alpha blocker: doxazosin (Carduar), terazosin hydrochloride, dan prazosin hydrochloride (Minipress).