Kenali Penyebab Sindrom Baby Blues Pasca Melahirkan, PAFI Berikan Solusi Pengobatan

Penyebab Sindrom Baby Blues Pasca Melahirkan-Tangkapan layar-
RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Berbicara tentang gangguan kesehatan mental, salah satunya yang sering dialami oleh wanita setelah melahirkan adalah sindrom baby blues.
Sindrom baby blues cukup berbahaya, karena dapat membuat ibu baru mengalami depresi ringan dan perubahan suasana hati.
Hal ini terjadi karena ibu baru biasanya memiliki waktu tidur yang berantakan, kurang tidur, serta kurang waktu untuk diri sendiri. Prevalensi sindrom baby blues mencapai 57% menurut data BKKBN.
PAFI dengan alamat website pafitanahtoraja.org adalah salah satu organisasi kesehatan terbesar di Indonesia, yang sangat peduli dengan kesehatan masyarakat.
BACA JUGA:Dukung Program Presiden, DPMD BU Kaji Regulasi Koperasi Merah Putih
Persatuan Ahli Farmasi Indonesia berupaya untuk meningkatkan profesionalisme dan etika ahli farmasi, memastikan bahwa setiap ahli farmasi di Indonesia memiliki standar kualifikasi serta etika yang tinggi dalam praktiknya.
Organisasi kesehatan PAFI aktif dalam memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai penyebab sindrom baby blues pasca melahirkan, serta rekomendasi obat yang bisa dikonsumsi bagi penderitanya.
Pada umumnya, sindrom baby blues adalah perasaan sedih, cemas, dan mudah marah yang dialami oleh ibu dalam beberapa hari pertama setelah melahirkan.
Kondisi ini biasanya berlangsung hingga dua minggu dan dialami oleh sekitar 80-85% ibu baru.
Berikut adalah beberapa faktor penyebab terjadinya sindrom baby blues pasca melahirkan yang perlu diperhatikan meliputi:
1. Adanya perubahan pada hormon
Setelah melahirkan, tubuh mengalami perubahan hormon yang signifikan.
Kadar hormon estrogen dan progesteron menurun drastis, yang dapat mempengaruhi suasana hati dan menyebabkan perubahan emosi yang tidak stabil.
Perubahan ini seringkali menyebabkan ibu merasa sedih, cemas, atau mudah marah tanpa alasan yang jelas.
2. Kurang tidur atau istirahat
Bayi baru lahir memiliki pola tidur yang tidak teratur, sehingga ibu sering terjaga di malam hari untuk merawat dan menyusui bayi.
Kekurangan tidur yang berkepanjangan dapat memperburuk kondisi emosional ibu, membuatnya lebih rentan mengalami baby blues.
3. Sulit beradaptasi
Ibu baru sering mengalami kesulitan beradaptasi dengan tanggung jawab baru sebagai ibu.
Perubahan rutinitas harian, tekanan untuk merawat bayi, dan perubahan peran dalam keluarga dapat menimbulkan stres dan kecemasan.
Hal ini memerlukan waktu untuk beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan peran baru.
4. Adanya riwayat gangguan kesehatan mental
Ibu dengan riwayat gangguan mental seperti depresi atau kecemasan memiliki risiko lebih tinggi mengalami baby blues.
Riwayat ini dapat memperlemah kemampuan ibu untuk menghadapi stres dan perubahan emosional pasca melahirkan.
5. Kurangnya dukungan dan stres berlebihan
Kurangnya dukungan dari pasangan, keluarga, atau teman dapat memperburuk kondisi baby blues.