Bedanya Kembang Api Tahun Baru dan “Kembangi Api” di Langit Gaza
--
BANYAk orang riang dan gembira malam Tahun Baru 2024. Suara kembang api, seperti biasa, terdengar di mana-mana, membahana dan gegap-gempita di mana-mana.
Tentu kita senang usia masih sampai di tahun ini. Dan ini wajar. Tapi hura-hura bukan ajaran agama kita.
Islam mengajarkan bahwa pergantian siang dan malam harus difungsikan untuk dua hal: zikir dan syukur (Qs.25:62). Karena usia harus dimanfaatkan dalam kebaikan dan ketaatan. Juga, usia adalah “modal” hidup seorang manusia.
Maka, sangat dungu orang yang menyia-nyiakan usianya dan menghamburkan modal hidupnya. Konon lagi usianya tak pernah dimanfaatkan untuk membela agama Allah.
Senang di sini. Gembira di kampung kita. Suka-ria di negeri ini patut disyukuri. Itu anugerah Ilahi.
Tapi, jangan lupa bawa beda halnya dengan saudara kita yang ada Gaza. Di sana hanya ada duka dan nestapa.
Jika di tempat kita –dan di seluruh dunia– merayakan pergantian tahun dengan menyalakan petasan yang bisa memancarkan cahaya warna-wanita dan kembang api di udara, di Gaza lain lagi.
Cahaya yang menerangi langit gaza hampir 3 bulan ini, bukan dari kertas, tapi “kembang api” pembunuh, berupa bom-bom mematikan dari jet-jet tempur Zionis atas bantuan dari Amerika Serikat.
Bahkan bom-bom paling dilarang oleh dunia internasional, telah dijatuhkan di bumi Gaza, yang diberkahi.
Kembang api di Gaza adalah roket-roket penjajah Zionis-Yahudi. Tidak seperti di sini. Seperti malam ini. Maka, lihatlah langit Gaza merah membara.
Langit Gaza memang terang siang dan malam. Tapi, penerangnya bukan lampu, melainkan api penjajah yang membakar apa saja yang mereka suka.
Gaza tengah berduka. Nestapa mereka berlanjut. Keamanan tidak terjamin. Kenyamanan telah lama sirna. Ini jika diukur dari sisi materi. Tapi, dari sisi maknawi mereka punya segalanya.
Ya, mereka punya segalanya. Negara mereka merdeka ketika yang lain “dijajah”. Mereka sumbangkan para syuhada untuk bela Kiblat Pertama umat Islam di saat negara-negara lain melahirkan laki-laki pengecut. Mereka cucurkan darah mereka sebagai “donor” bagi mereka yang sudah “kehilangan darah” (banci).
Ya, Gaza berduka. Dalam kacamata sebagian manusia yang tak punya visi akhirat memang mereka berduka. Padahal, mereka bahagia karena setiap saat bisa saja kembali kepada Allah membawa “syahadah” (mati syahid).
Buktinya, anak-anak Gaza bangga berfose di reruntuhan rumahnya. Lagi, mereka tetap tegakkan shalat di bekas masjid. Ternyata, Zionis-Yahudi yang biadab itu hanya bisa merusak masjid tapi tak sanggup perangi shalat.