Khutbah Jumat: Mengamalkan Lima Pesan Baginda Rasulullah SAW

Peringatan maulid nabi harus dilakukan dengan cara mengamalkan ajaran dan pesan-pesan indah yang telah disampaikan Baginda Nabi.-Foto: net-

RADARLEBONG,BACAKORAN.CO - RASULULLAH ﷺ memberikan lima pesan kepada kita melalui Sahabat Mu’adz. Naskah lengkapnya bisa dibaca dalam teks khutbah di bawa ini;

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

Ma’asyiral Muslimin Jamaah Jumat Rahimakumullah

Peringatan maulid Nabi Muhammad ﷺ digelar di berbagai tempat. Di perkampungan, pedesaan, hingga perkotaan. Di sekolah, kampus, apalagi pondok pesantren, dilaksanakan acara bertemakan peringatan hari lahir Sayiduna wa Maulana Muhammad ﷺ.

Walhasil, umat meluapkan rasa bahagia dan gembiranya dengan hadir di acara maulid.

Baca Juga: Haji Adam B.B.; Mantan Jagoan yang Jadi Ulama Terkenal

Tentu, belum cukup sekadar memperingati hari maulid nabi. Harus ada tindak lanjut yang lebih dari itu. Salah satunya mengamalkan ajaran dan pesan-pesan indah yang beliau sampaikan.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Ahmad bahwa ketika sahabat Mu’adz bin Jabal berpamitan kepada Rasulullah ﷺ untuk berdakwah ke negeri Yaman, negeri yang di kemudian menjadi tanah air leluhur para Habaib termasuk Walisongo.

Kala itu, kesedihan tampak pada raut wajah Mu’adz karena harus meninggalkan kampung halaman, lebih-lebih berpisah dengan Rasulullah ﷺ. Rasul bertanya kepadanya, “Mengapa engkau menangis?” Mu’adz menjawab, “Wahai Rasulullah, aku menangis karena akan berpisah denganmu.”

Mendengar hal ini, Rasulullah ﷺ memberikan pesan kepada Mu’adz yang berarti pesan untuk kita semua. Ada lima pesan Nabi Muhammad ﷺ :

Pertama,

لا تَجْزَعْ إِنَّ الْجَزَعَ مِنَ الشَّيْطَانِ

“Janganlah bersedih, karena kesedihan itu datangnya dari setan.“

Pesan pertama ini mengajarkan kepada kita untuk tidak menjadi manusia yang tenggelam dalam kesedihan, sampai lupa bahwa di setiap peristiwa ada hikmah dan pelajaran yang bisa kita petik.

Boleh kita merasakan kesedihan karena kehilangan orang tersayang dari keluarga misalnya, tapi dengan kadar yang sewajarnya. Bukan kesedihan yang menyeret pada perbuatan yang dilarang agama seperti meraung-raung, mencakar wajah, merobek pakaian, atau merancau dengan kata-kata yang tidak pantas.

Putus asa bukan sifat umat Nabi Muhammad. Sedih yang berlarut-larut bukan ajaran Rasulullah ﷺ. Kalau ada yang merasakan kesedihan, ingatlah bahwa di tiap kesedihan ada kebahagiaan yang menanti, asal kita tidak putus asa dari rahmat Allah SWT.

Ma’asyiral Muslimin Jamaah Jumat Rahimakumullah

Kedua, pesan beliau :

اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنتَ

“Bertakwalah kepada di mana saja engkau berada.”

Bertakwa kepada Allah SWT kita laksanakan dengan menjaga dan melindungi diri kita dari siksa Allah. Semua yang Allah perintahkan kepada kita, mari kita kerjakan. Segala yang Allah larang kepada kita, mari kita tinggalkan.

Dalam berbagai situasi dan kondisi kita dituntut menjadi orang yang bertakwa. Dalam suka maupun duka, dalam keadaan senang dan sedih, kita harus tetap setia di jalan ketakwaan. Kunci kemuliaan seseorang adalah takwa, sebagaimana firman Allah SWT :

اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.” (QS. al-Hujurat : 13)

Dalam pesan ini, Rasul ﷺ memberikan arahan kepada kita untuk bertakwa kepada Allah SWT, sebab takwa adalah pangkal kebaikan dan benteng dari segala keburukan. Dengan takwa, orang-orang beriman mendapatkan dukungan dan pertolongan Allah SWT :

اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الَّذِيْنَ اتَّقَوْا وَّالَّذِيْنَ هُمْ مُّحْسِنُوْنَ

“Sungguh, Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. an-Nahl : 128)

Jemaah Salat Jumat yang Dimuliakan Allah SWT

Ketiga, nabi berpesan :

وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا

“Ikutilah keburukan dengan kebaikan, niscaya kebaikan itu akan menghapusnya.”

Kebaikan dan keburukan seperti minyak dan air. Tidak mungkin bisa bersatu. Artinya, seseorang yang melakukan kebaikan berarti dia meninggalkan keburukan.

Sebaliknya melakukan keburukan berarti ia tengah meninggalkan kebaikan. Maka, jangan pernah membiasakan keburukan apalagi sampai menjadi karakter kepribadian.

Setelah kita bertobat dan beristighfar, kita bergegas mengerjakan kebaikan serta memperbanyak amal saleh agar dapat menghapus dosa dan kesalahan, dengan penuh keyakinan akan janji Allah dalam firman-Nya :

اِنَّ الْحَسَنٰتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّاٰتِ

“Perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-kesalahan.” (QS. Hud : 114)

Ma’asyiral Muslimin Jamaah Jumat Rahimakumullah

Keempat,

وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

“Pergaulilah orang lain dengan akhlak yang baik.”

Kita tentu masih ingat bahwa diutusnya Rasulullah ﷺ membawa misi menyempurnakan akhlak umat manusia. Dan beliau sendiri adalah sosok yang dipuji oleh Allah sebagai insan yang luhur dan mulia akhlaknya.

Oleh karena itu, sudah sepatutnya ketika kita bergaul dan berinteraksi dengan sesama, kita mengedepankan akhlak yang baik, sesuai pesan beliau kepada Mu’adz yang juga berarti pesan untuk kita semua.

Di antara akhlak mulia adalah silaturahim, memberi maaf, berlapang dada atas kesalahan, dermawan meski dalam kesulitan. Termasuk akhlak yang baik adalah bermanis wajah, penyantun, rendah hati, tidak berburuk sangka, dan tidak menyakiti mereka.

Ma’asyiral Muslimin Jamaah Jumat Rahimakumullah

Kelima, beliau berkata :

اذْكُرُ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ عِنْدَ كُلِّ حَجَرٍ وَشَجَرٍ وَمَدَرٍ

“Ingatlah selalu kepada Allah SWT, baik ketika berada di daerah bebatuan, daerah penuh pepohonan mau pun daerah perkotaan.”

Zikir berarti mengingat dan menyebut. Orang yang banyak berzikir kepada Allah SWT, Insya Allah, membuatnya tidak mudah menyimpang dari ketentuan-ketentuan-Nya. Zikir yang dikerjakan akan menolongnya untuk menjauhi kemaksiatan dan segala perbuatan dosa. Allah SWT berfirman :

اِنَّ الَّذِيْنَ اتَّقَوْا اِذَا مَسَّهُمْ طٰۤىِٕفٌ مِّنَ الشَّيْطٰنِ تَذَكَّرُوْا فَاِذَا هُمْ مُّبْصِرُوْنَۚ

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa, jika mereka dibayang-bayangi pikiran jahat (berbuat dosa) dari setan, mereka pun segera ingat (kepada Allah). Maka, seketika itu juga mereka melihat (kesalahan-kesalahannya).” (QS. al-A’raf : 201)

Ada yang menarik dari sikap Rasul ﷺ yang membuat perumpamaan antara orang yang berzikir dengan yang tidak. Orang yang zikir, kata beliau, adalah orang yang hidup. Orang yang enggan berzikir adalah orang yang mati (HR. Bukhari)

Mari kita amalkan lima pesan nabi di atas. Dengan sekuat hati kita berupaya untuk tidak dikuasai oleh perasaan sedih yang berlebihan, berusaha menjadi orang yang bertakwa, mengganti keburukan dengan kebaikan, menghiasi diri dengan perangai yang terpuji, dan selalu ingat kepada Allah dalam suka dan duka.

Semoga dengan peringatan maulid Nabi Besar Muhammad ﷺ semakin memacu kita untuk melaksanakan semua ajaran beliau dalam kehidupan, sehingga kita layak mendapatkan syafaatnya di hari akhir. (Ali Akbar bin Muhammad bin Aqil)

Tag
Share