Self Healing Indah Bersama Islam

Kamis 18 Apr 2024 - 22:03 WIB

RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - DI SAAT keberagaman gejolak kehidupan peluh menyatu dengan diri, terasa kening dan sujud jauh berjarak, dada penuh dan sesak, merasa dunia selalu nampak mendung, pertanda iman mulai menurun.

Dalam situasi ini, seseorang dihadapkan berbagai godaan dan cobaan yang menguji keteguhan iman dan kesucian hati.

Tercemarnya jiwa yang diakibatkan kotornya hati dan tumpukan dosa tak luput dari manusia. Yang membuat manusia terperosok kedalam kabut hitam di tengah gelapnya hutan belantara.

Rasulullah ﷺ bersabda

” أَلا وإِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ وإذَا فَسَدَت فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ أَلا وَهيَ القَلْبُ.“ رواه البخاري ومسلم.

“Ketahuilah, sesungguhnya dalam tubuh manusia ada segumpal daging, jika segumpal daging itu baik, maka akan baik seluruh tubuh manusia, dan jika segumpal daging itu buruk, maka akan buruk seluruh tubuh manusia, ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati manusia.” (HR: Bukhari dan Muslim)

Baca Juga: Khutbah Jumat: Merekatkan Hubungan dengan Al-Quran

Islam memberikan tuntunan self healing yang begitu indah salah satunya melalui pembersihan dan penyucian jiwa yang dikenal tazkiyatun nufus atau penyucian hati/jiwa.

Tazkiyatun nufus terdiri dari dua kata, yakni tazkiyah dan nufus. Tazkiyah berasal dari kata zakka yang artinya penyucian, pembinaan, serta penumbuhan jiwa menuju kehidupan spiritual yang lebih tinggi.

Dan kata nufus dalam Ensiklopedi Islam berasal dari kata, nafs (nafsu) dipahami sebagai organ rohani manusia yang memiliki pengaruh paling besar dengan mengeluarkan instruksi kepada anggota jasmani untuk melakukan suatu tindakan. Imam Ibnu Qoyyim al Jauziah menjelaskan Tazkiyatun Nafs sebagai terapi jiwa, yaitu proses menyembuhkan kembali jiwa yang sakit melalui proses pembersihan diri.

Untuk mensucikan diri bisa di lalui beberapa fase :

Tathahhur

Tathahhur atau self cleaning yaitu membersihkan diri dari berbagai kotoran dan penyakit hati dengan bertaubat dan beristigfar. Serta berkomitmen meninggalkan keburukan dan hal-hal tercela baik berupa pikiran ataupun perbuatan yang diiringi dengan istiqomah.

Tahaqquq

Tahaqquq adalah bagaimana cara seorang muslim mendekatkan diri kepada Allah dengan membangun kebiasaan baik dan sifat-sifat terpuji yang memfokuskan hati dan pikiran hanya untuk Allah, salah satunya dengan berdzikir

Allah SWT berfirman:

 الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS: Ali Imran ayat 191).

Menurut Said Hawwa, tauhid, taubat secara berkala, tawakal, zuhud, ikhlas,dan lain sebagainya termasuk contoh tahaqquq.

Takhalluq

Takhalluq sendiri merupakan penerapkan nama-nama Allah ke dalam akhlaq seorang muslim dalam kehidupan sehari-hari serta meneladani Rasulullah ﷺ. Sebagai contoh Allah memiliki sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahiim oleh sebab itu seorang muslim hendaknya mengasihi dan menyayangi sesama.

Dengan membiasakan akhlaq baik ke dalam kehidupan sehari hari adalah puncak perwujudan disiplin diri sehingga jiwa cenderung pada kondisi ideal, menurut gagasan Said Hawwa.

Demikianlah Allah tak pernah pergi namun kitalah yang lari menjauh.Allah SWT berfirman;

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِى عَنِّى فَإِنِّى قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا۟ لِى وَلْيُؤْمِنُوا۟ بِى لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS: Al-Baqarah ayat 186).

Ketika masalah menghampiri, kita dapat mengatasinya dengan mengingat kebesaran Allah serta menyucikan hati kembali. Dengan demikian, maka hati akan menjadi lebih tenang.

Semua manusia memiliki masalah ataupun ujian. Namun setiap ujian yang telah Allah beri tidaklah melampaui batas kemampuan setiap hamba-Nya.

Sebagai seorang muslim hendaklah kita kembali dan terus mengingat-Nya, baik dalam keadaan susah maupun senang. Karena sesungguhnya Dia-lah tempat kita mengadu dan maha memberi pertolongan. wallahu a’lam. (*)

Kategori :