Khutbah Jumat: Merekatkan Hubungan dengan Al-Quran

Merekatkan Hubungan dengan Al-Quran.-Foto: net-

RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - RAMADHAN mengajarkan kepada kita untuk tidak meninggalkan Al-Quran sebab di bulan inilah Al-Quran  diturunkan oleh Allah SWT. Inilah ringkasan khutbah Jumat kali ini;

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

Ma’asyiral Muslimin Jamaah Jumat Rahimakumullah

Ibadah puasa dan kitab suci Al-Quran bagaikan dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Keduanya berjalan seiring dalam memperbaiki kualitas dan arah kehidupan kita.

Baca Juga: Mulai Dipindah Setelah HUT RI, Setiap ASN Dapat 1 Unit Apartemen di IKN

Keduanya bisa memberikan syafaat atau pertolongan kepada siapa saja yang mengamalkannya.  Disebutkan dalam sebuah hadits, bahwa Rasullullah ﷺ bersabda :

ﺍﻟﺼِّﻴَﺎﻡُ ﻭَﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥُ ﻳَﺸْﻔَﻌَﺎﻥِ ﻟِﻠْﻌَﺒْﺪِ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ، ﻳَﻘُﻮﻝُ ﺍﻟﺼِّﻴَﺎﻡُ : ﺃَﻱْ ﺭَﺏِّ، ﻣَﻨَﻌْﺘُﻪُ ﺍﻟﻄَّﻌَﺎﻡَ ﻭَﺍﻟﺸَّﻬَﻮَﺍﺕِ ﺑِﺎﻟﻨَّﻬَﺎﺭِ، ﻓَﺸَﻔِّﻌْﻨِﻲ ﻓِﻴﻪِ، ﻭَﻳَﻘُﻮﻝُ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥُ : ﻣَﻨَﻌْﺘُﻪُ ﺍﻟﻨَّﻮْﻡَ ﺑِﺎﻟﻠَّﻴْﻞِ، ﻓَﺸَﻔِّﻌْﻨِﻲ ﻓِﻴﻪِ، ﻗَﺎﻝَ : ﻓَﻴُﺸَﻔَّﻌَﺎﻥِ

“Amalan puasa dan membaca Al-Quran  akan memberi syafa’at bagi seorang hamba di hari kiamat. Puasa berkata: ‘Wahai Rabb, aku telah menahannya dari makan dan syahwat di siang hari, maka izinkanlah aku memberi syafa’at kepadanya.’ Dan Al-Quran  berkata: ‘Aku menahannya dari tidur di waktu malam, maka izinkanlah aku memberi syafa’at kepadanya,’ maka keduanya pun diizinkan memberi syafa’at.” (HR. Ahmad).

Lantas, seperti apa hubungan kita dengan Al-Quran selama ini? Baik di luar Ramadhan mau pun di dalam bulan Ramadhan?

Ramadhan mengajarkan kepada kita untuk tidak meninggalkan Al-Quran  sebab di bulan inilah Al-Quran  diturunkan oleh Allah SWT. Namun Ramadhan juga mengingatkan kita betapa banyak umat manusia yang selepasnya, melupakan Al-Quran  begitu saja.

Seolah hubungan dengan Al-Quran  cukup di Ramadhan saja. Kita lupa dan lalai dari Al-Quran  begitu Ramadhan telah usai.

Oleh karena itu, enam hal ini perlu kita terapkan demi menjaga hubungan yang baik dengan Al-Quran.

Pertama, mendengarkan lantunan ayat-ayatnya. Telinga jangan sampai kosong dari firman Allah SWT. Setiap waktu kita upayakan untuk menghadirkan lantunan ayat-ayat Al-Quran  dalam berbagai situasi.

Rahmat Allah SWT akan turun dengan sebab kita menyimaknya. Saat, misalnya, kita melakukan mudik ke kampung halaman, baik dengan naik kendaraan pribadi atau moda transportasi umum, kita pendengarkan Al-Quran  untuk diri kita sendiri atau orang-orang yang bersama kita.

Mendengarkan Al-Quran  juga bermanfaat untuk memperbaiki kualitas bacaan kita sendiri agar menjadi bahan koreksi atas kesalahan dalam membaca yang masih terjadi.

Sosok manusia sempurna seperti Rasulullah saja pernah memerintahkan sahabatnya Abdullah bin Mas’ud untuk membacakan Al-Quran . “Bacakanlah Al-Quran  kepadaku!” Ibnu Mas’ud menjawab, “Wahai Rasulullah, bagaimana aku akan membacakan Al-Quran  kepadamu, sedangkan Al-Quran  itu sendiri diturunkan kepadamu?” Rasul ﷺ berkata, “Bacakanlah Al-Quran  kepadaku karena aku suka mendengarkan Al-Quran  dari orang lain.” Pada akhirnya Ibnu Mas’ud membacakan Al-Quran  dan Rasul pun mendengarkannya dengan khusyuk.

Ma’asyiral Muslimin Jamaah Jumat Rahimakumullah

Kedua, membaca Al-Quran  dengan tajwid. Menjalin hubungan baik dengan Al-Quran  dapat kita upayakan dengan kesempurnaan tajwid dan menjaga adab tilawah.

Belajar membaca Al-Quran  dengan tajwid jauh lebih baik dari orang-orang yang membacanya tanpa tajwid meski menamatkan Al-Quran  berulang kali.

Ketika Al-Quran  dibaca dengan baik, lengkap dengan adab-adab yang menyertainya, semua itu akan menggugah perasaan, melapangkan hati, mengobati penyakit-penyakitnya, bagi dirinya sendiri atau bagi diri orang lain.

Namun tidak perlu khawatir bagi kita yang belum lancar membaca Al-Quran . Seseorang yang masih kesusahan atau belum lancar membacanya, tetap mendapat dua pahala, seperti sabda Rasulullah ﷺ :

الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ، وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ، وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ، لَهُ أَجْرَانِ

“Orang yang mahir (lancar membaca) Al-Quran  akan bersama malaikat-malaikat utusan Allah yang mulia lagi berbakti. Sedangkan orang yang membaca Al-Quran , dia terbata-bata, dan dia berat (membacanya), maka ia mendapatkan dua pahala.” (HR. Muslim).

Ma’asyiral Muslimin Jamaah Jumat Rahimakumullah

Ketiga, memahami dan merenungi. Dengan merenungi dan memahami Al-Quran  kita dapat memperoleh pencerahan. Aktifitas semacam ini bisa kita lakukan dengan membaca terjemahan Al-Quran , melalui majelis-majelis ilmu, buku-buku dan lain sebagainya.

Kita belajar kepada Rasul ﷺ tentang merenungi Al-Quran . Pada suatu malam, beliau mendengar suara seorang perempuan tua membaca Surah al-Ghasyiah, dan beliau pun mendekati rumah itu dan mendekatkan kepalanya ke pintunya untuk mendengar perempuan tua tersebut.

Ternyata ia sedang membaca ayat yang berbunyi, “Hal ataaka haditsul ghaasyiah (Sudah datangkah kepadamu berita tentang hari pembalasan)?” Rasul ﷺ yang mendengar bacaan itu menjadi larut dalam keharuan dan menangis sembari berkata lirih, “Ya, telah datang berita itu kepadaku.” Coba kita lihat sampai sejauh itu beliau ﷺ merenungi Al-Quran  dan hatinya menjadi tersentuh. Mahabenar Allah SWT yang berfirman :

اَفَلَا يَتَدَبَّرُوْنَ الْقُرْاٰنَ اَمْ عَلٰى قُلُوْبهم اَقْفَالُهَا

“Maka tidakkah mereka menghayati Al-Quran  ataukah hati mereka sudah terkunci?” (QS. Muhammad : 24)

Ma’asyiral Muslimin Jamaah Jumat Rahimakumullah

Keempat, mempelajari, mengajarkan, dan mendakwahkan. Sangat penting bagi kita untuk menghadirkan majelis-majelis yang diisi dengan kajian tentang Al-Quran, baik dari segi membacanya, men-tadabbur-i, dan memahami tafsirnya. Keistimewaan majelis seperti ini, sudah dijelaskan oleh Rasul ﷺ,

مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ تَعَالَى، يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ، إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ، وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ، وَحَفَّتْهُمْ الْمَلاَئِكَةُ، وَذَكَرَهُمْ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ.

“Tidaklah sekelompok orang berkumpul di sebuah rumah dari rumah-rumah Allah (masjid), mereka membaca Al-Quran  serta mengkajinya, kecuali akan turun kepada mereka kedamaian/ ketenangan, rahmat Allah pun akan menyelimuti mereka, malaikat-malaikat akan mengelilingi mereka, dan Allah akan menyebutkan nama mereka di hadapan mahluk-mahluk yang ada di sisi-Nya.” (HR. Muslim)

Sabda Rasulullah ﷺ lainnya yang cukup populer, “Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Quran  dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)

Kelima, mengamalkan Al-Quran . Inilah yang menjadi maksud sebenarnya dari diturunkannya Al-Quran  supaya menjadi panduan dalam kehidupan.

Ibnu Mas’ud berkata, “Orang yang membaca Al-Quran  itu bisa jadi mendapat laknat dari Al-Quran .” Kita berlindung kepada Allah dari membaca Al-Quran  tapi mendapat laknat karenanya.

Misalnya saja, ketika seseorang membaca ayat yang memerintahkan untuk berbuat baik kepada orang tua atau ayat yang memerintahkan untuk tidak berbuat dzalim, tapi ia tetap durhaka kepada orang tuanya dan berlaku aniaya, maka Al-Quran  yang dibacanya itu akan melaknatnya.

Al-Quran  juga memerintahkan menyambung silaturrahmi. Tapi bila pembacanya tetap memutuskan hubungan silaturrahmi, maka Al-Quran  akan melaknatnya.

Seorang salafush saleh berkata, “Al-Quran  nanti akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at bagi seseorang, atau sebagai saksi yang dapat mencampakkan seseorang ke dalam neraka. Al-Quran  bisa membimbingmu ke surga sehingga engkau termasuk kepada golongan orang-orang yang selamat, atau mencampakkanmu ke neraka sehingga engkau termasuk kepada golongan orang-orang yang celaka.”

Ma’asyiral Muslimin Jamaah Jumat Rahimakumullah

Keenam, menghafal Al-Quran . Dalam hadits yang Rasul ﷺ bersabda yang artinya; “Di akhirat nanti, kepada seluruh Ahli Al-Quran  dikatakan, “Bacalah olehmu akan Al-Quran  sebanyak-banyaknya seperti engkau membacanya dulu di dunia! Sebab, kedudukanmu sekarang terletak pada akhir ayat yang engkau baca dari Al-Quran  itu.”

Maka barangsiapa di antara kita yang hafal satu juz dari Al-Quran  itu, maka ia akan masuk ke surga yang derajatnya sesuai dengan jumlah hafalannya itu, begitu pula dengan yang hafal dua juz, tiga juz, dan seterusnya. Semakin banyak hafalannya, semakin tinggi derajat surga yang dimasukinya.

Inilah enam langkah berinteraksi dengan Al-Quran. Kita manfaatkan momentum Ramadhan untuk merekatkan hubungan kita dengan Al-Quran. Mudah-mudahan kita termasuk golongan yang mendapatkan syafaat Al-Quran  dan dengan perantara Al-Quran pula kita mendapatkan rahmat-rahmat Allah SWT. Allahummarhamnaa Bil Quran  (Ya Allah muliakanlah kami dengan Al-Quran). (Oleh: Ali Akbar bin Muhammad bin Aqil)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan