RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Rasulullah diutus menjadi Rasul hanya untuk memperbaiki akhlak manusia, sebagai mana sabda nabi yang artinya : “Tidaklah aku diutus ke dunia kecuali hanya untuk memperbaiki akhlak manusia”.
Dalam hadits lainnya Aisyah istri Rasulullah ditanya oleh para sahabat : “Ya Aisyah bagaimanakah akhlak Rasulullah itu....? di jawab oleh Aisyiyah bahwa akhlak Rasulullah itu Alqur’an”.
Dua hadits Rasulullah saw di atas sudah dapat di fahami akan arti pentingnya akhlak manusia dalam kehidupannya sehari-hari. Manusia diciptakan oleh Allah SWT menjadi yang terbaik diantara makhluk ciptaanNya di jagat raya ini.
Perhatikan firman Allah yang artinya : “Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. QS:At-Tin (95) 4.
Baca Juga: Adi Hidayat: Islam Tidak Pernah Memusuhi Seni
Dalam diri manusia Allah ciptakan dua potensi yang akan mempengaruhi perilaku manusia dalamkehidupannya di atas dunia, yaitu sifat Fasik (fujur) dan Takwa.
Hal ini sesuai firman Allah SWT dalam Alqur’an yang artinya : “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya”. QS:As-Syams (91) 8.
Tafsir Juz ‘amma Syaikh Prof. Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan, anggota lajnah daaimah (Komite Fatwa Majelis Ulama KSA) jiwa itu terbagi menjadi dua macam, jiwa yang rusak karena keluar dari ketaatan kepada Allah SWT, atau jiwa yang bersih dengan ketakwaannya kepada Allah SWT, jiwa-jiwa tidak diciptakan kepada kedudukan yang sama, dan ini merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah SWT. Dialah yang menjadikan itu dalam ketakwaan dan kefasikan.
Setiap jiwa diciptakan dalam keadaan suci dari dosa, akan tetapi pemiliknya lah yang merubahnya, sebagaimana yang dikatakan oleh Rasulullah saw yang artinya : “Setiap anak yang lahir dilahirkan diatas fitrah hingga ia fasih (berbicara) maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi”. HR Al-Bukhari.
Jika didikan seseorang itu baik maka akan baik pula jiwanya, tetapi jika didikannya itu rusak maka jiwanya akan rusak jiwanya. Oleh sebab itu mengambil sebab kebaikan itu wajib dilakukan untuk menjadikan jiwa setiap insan itu baik.
Perlunya didikan yang baik dari kedua orang tua sejak anak usia dini, dan kesadaran dari diri sendiri untuk memperbaiki diri ketika usia telah dewasa dan berakal sehat.
Uraian di atas dapat ditarik pemahaman bahwa ternyata perilaku atau akhlak manusia dapat dibagi menjadi dua yaitu:
Pertama, faktor internal yang merupakan sifat bawaan dari lahir yang dalam kondisi fitrah itu, ternyata telah terjadi dua kecenderungan potensi kefasikan dan ketakwaan dominasi salah satu dari keduanya kemudian pada akhirnya akan terbentuk oleh faktor-faktor lain dari luar yang untuk selanjutnya mendominasi diri dalam perilaku/akhlak setelah dewasa dan berakal sehat.
Kedua, faktor eksternal atau luar juga ada dua, yaitu ; satu (1) Peran didikan kedua orang tuanya, sangat besar sekali, sebagaimana dijelaskan hadits di atas yang menerangkan bahwa ternyata yang mewarnai perilaku/akhlak anak adalah kedua orang tuanya.
Dua (2) faktor lingkungan dimana dia tinggal juga akan dapat mempengaruhi perilaku/akhlak manusia disaat orang tersebut sudah menginjak dewasa dan berakal.