RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Mahfud MD telah menyatakan mundur dari jabatan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam). Pengamat politik Universitas Jember Muhammad Iqbal menilai mundurnya Mahfud dapat mencoreng integritas kabinet Joko Widodo (Jokowi).
"Opini publik bisa membentuk citra buruk terhadap stabilitas dan harmoni demokrasi politik, hukum dan keamanan, Padahal seharusnya sektor Polhukam bisa menjadi legasi penting di akhir periode kedua pemerintahan Jokowi," katanya, Jumat.
Apalagi kalau dipotret dari Indeks Persepsi Korupsi 2023 peringkat Indonesia dari posisi 110 tahun 2022 merosot ke 115 dengan skor stagnan 34.
"Secara komunikasi politik, makna panggung belakang pengunduran diri Mahfud bisa diartikan terjadinya jalan kematian demokrasi kabinet Jokowi," tuturnya.
Baca Juga: Masa Depan Elkan Baggott Menemui Titik Terang, Gabung Klub Liga 3 Inggris
Kembali bila menyitir Levitsky dan Ziblatt, lanjut dia, pagar demokrasi bisa roboh bila lumpuh atau dilumpuhkannya kekuatan oposisi di parlemen.
Mitos sosok pemimpin populis sederhana dan demokratis berubah jadi lebih otoriter.
"Semua itu bisa terjadi ketika kekuasaan justru melanggar aturan ideal demokrasi baik secara perkataan dan perbuatan. Kemudian juga menyangkal legitimasi lawan politiknya dan mempertontonkan pembatasan kebebasan sipil lawan politiknya," kata Iqbal.
Menurutnya, prinsip dan nilai etika politik berdemokrasi itulah yang kini jadi pondasi dan motif dari makna panggung belakang pengunduran diri Mahfud Md.
Terkait pengaruh elektoral, pakar komunikasi politik itu menilai bahwa secara momentum waktu, undur diri Mahfud ketika pilpres menyisakan waktu dua pekan, bisa menambah daya ungkit elektoral, meskipun relatif tidak terlalu signifikan.
"Daya ungkit elektoral pasangan capres-cawapres nomor urut 3 itu relatif baru untuk menambal sulam kantung suara yang sudah telanjur banyak lubang digerus oleh massa pendukung Jokowi dan Gibran terutama di basis Jatim dan Jateng," ujar Iqbal.
Beda cerita bila pengunduran diri Mahfud dilakukan sejak satu bulan lalu, gelombang simpatinya sebagai penjaga pagar etika demokrasi bisa membesar.
Kalau saat ini, harus ekstra keras untuk mengglorifikasi momentum pengunduran diri.
"Daya ungkit elektoral dari momentum undur diri Mahfud Md masih harus diuji dengan seberapa taktis dan strategisnya ketiga pasangan calon berlomba menguasai 'the real battle ground' terutama di Jawa Timur dan Jawa Tengah," tutur Iqbal. (jp)