Allah bersumpah dalam Al-Qur’an:
وَالشَّفْعِ وَالْوَتْرِ
“Demi yang genap dan yang ganjil.” (QS. Al-Fajr: 3)
Diriwayatkan bahwa yang dimaksud “genap” adalah Hari Arafah, dan “ganjil” adalah Hari Nahr (Idul Adha). Dalam surah al-Buruj ayat 3 juga disebutkan:
وَشَاهِدٍ وَمَشْهُودٍ
“Dan yang menyaksikan dan yang disaksikan.”
Rasulullah ﷺ menjelaskan:
الشَّاهِدَ يَوْمَ عَرَفَةَ وَالْمَوْعُودَ يَوْمَ الْقِيَامَةَ
“Yang menyaksikan adalah Hari Arafah dan yang dijanjikan adalah Hari Kiamat.” (HR. Ahmad, al-Hakim, al-Baihaqi)
4. Hari Terbaik di Sisi Allah
Rasulullah ﷺ bersabda:
أفضلُ الأيام يومُ عرفة
“Hari terbaik adalah Hari Arafah.” (HR. Jami’ al-Usul fi Ahadits al-Rasul, 6867)
Namun sebagian ulama juga menyatakan Hari Nahr (Idul Adha) sebagai hari paling agung berdasarkan hadis:
أَعْظَمَ الأَيَّامِ عِنْدَ اللَّهِ يَوْمُ النَّحْرِ ثُمَّ يَوْمُ الْقَرِّ
“Hari terbesar di sisi Allah adalah Hari Nahr, lalu hari menetap di Mina (11 Dzulhijjah).” (HR. Ibnu Khuzaimah, al-Baihaqi)