Kasus DBD di Puskesmas Sukau Datang Hanya Satu Hingga September 2025

Kepala Puskesmas Sukau Datang, Firda Hartati, SKM.-(rian/rl)-
LEBONG.RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Puskesmas Sukau Datang Kecamatan Tubei mencatat hanya satu kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) sepanjang Januari hingga September 2025.
Data ini menunjukkan jumlah kasus DBD di wilayah tersebut tergolong rendah, namun tetap menjadi perhatian serius bagi tenaga kesehatan mengingat penyakit ini berpotensi fatal jika tidak ditangani dengan cepat.
Hal ini disampaikan Kepala Puskesmas Sukau Datang, Firda Hartati, SKM, pada Senin (8/9).
"Dari Januari hingga September 2025, Puskesmas Sukau Datang baru temukan satu kasus DBD yang menyerang warga di wilayah kecamatan Tubei. Pasien tersebut kini sudah dinyatakan sembuh total tanpa adanya komplikasi maupun kematian,, ungkapnya Firda.
Baca Juga: Resmi! Syarifuddin Jabat Pj Sekda Lebong Ganti Donni Swabuana
Meski hanya satu kasus, pihak puskesmas langsung mengambil langkah cepat untuk mencegah penularan.
Kegiatan Pemberantasan Epidemiologi (PE) DBD, fogging di sekitar lokasi pasien, serta edukasi kepada masyarakat dilakukan segera setelah kasus ditemukan.
"Pasca temuan satu kasus DBD, puskesmas langsung gerak cepat melakukan kegiatan fogging hingga memberikan edukasi ke masyarakat agar meningkatkan lagi kebersihan lingkungan rumah. Sebab di musim hujan, potensi terjangkit DBD sangat tinggi," jelas Firda.
Firda menegaskan, cuaca yang tidak menentu serta kesadaran masyarakat yang masih rendah dalam menjaga kebersihan lingkungan bisa menjadi pemicu berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti, vektor utama penyebab DBD.
Ia mengingatkan bahwa penyakit ini bisa berdampak fatal bahkan menyebabkan kematian jika tidak segera ditangani. Oleh karena itu, upaya preventif dinilai jauh lebih penting daripada penanganan saat kasus sudah muncul.
"Kami terus mendorong masyarakat menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), dan menjalankan gerakan 3M Plus. Gerakan ini meliputi menguras tempat penampungan air, menutup wadah air, mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menampung air, serta langkah tambahan seperti menggunakan kelambu dan obat anti nyamuk," tambahnya.
Selain intervensi medis dan teknis, puskesmas juga memperkuat edukasi langsung ke masyarakat.
Upaya ini dilakukan melalui kader kesehatan desa, kerja sama dengan perangkat desa, serta kegiatan penyuluhan di posyandu maupun pertemuan warga.
Firda menyebut partisipasi aktif masyarakat menjadi kunci utama untuk menekan kasus DBD.