RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Memasuki musim panen, harga kopi di kalangan petani Kabupaten Lebong mengalami fluktuasi yang cukup signifikan.
Dalam sepekan terakhir, harga kopi menurun hingga Rp 5.000 per kilogram, dari sebelumnya Rp 72.000 menjadi Rp 68.000 per kilogram untuk jenis kopi kering kelas super.
Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan petani yang khawatir tren penurunan harga terus berlanjut.
Penurunan harga ini diungkapkan oleh salah satu pengepul kopi atau toke di wilayah Lebong Tengah, Lopy (52), yang menyebutkan bahwa harga pasar kopi memang sedang tidak stabil.
Baca Juga: DPP3AP2KB Lebong Terima DAK Non Fisik Rp 400 Juta, Ini Peruntukkannya
"Harga kopi saat ini untuk kelas super kering ada di angka Rp 68 ribu per kilo, padahal minggu lalu masih Rp 72 ribu. Kita harap ini tidak terus berlanjut turun," ujar Lopy.
Menurut Lopy, harga kopi sangat bergantung pada kondisi dan kualitas biji kopi yang dijual. Untuk kopi basah, harganya bisa jauh lebih rendah dibandingkan kopi kering karena masih memerlukan proses penjemuran.
Kopi yang belum kering memiliki tingkat kelembaban tinggi, sehingga akan mengalami penyusutan berat setelah dijemur. Ini tentu berdampak pada nilai jualnya.
"Kami sebagai toke harus memperhitungkan kelembaban kopi. Kalau kopi masih basah, tentu harganya lebih rendah dari Rp 68 ribu karena masih perlu dijemur dan bisa rusak kalau tidak segera diproses. Kalau kopi kering, kami bisa ambil dengan harga lebih tinggi karena tidak perlu dijemur lagi," jelasnya.
Para petani kopi berharap harga bisa kembali stabil agar mereka tetap mendapatkan keuntungan yang layak setelah melalui masa tanam dan panen yang panjang.
"Saat ini, banyak petani menahan hasil panennya sambil menunggu perkembangan harga yang lebih menguntungkan," tutupnya.