Puluhan Dokter Terbaik se-Indonesia Dilatih Barrow Neurological Institute

Pusat medis terkemuka di dunia Barrow Neurological Institute (BNI) memberikan pelatihan kepada 20 dokter terbaik se-Indonesia. -Foto dok. Kemenkes-

RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyambut baik pelatihan microsurgery atau bedah mikro dari pusat medis terkemuka di dunia Barrow Neurological Institute (BNI).

Pelatihan diberikan kepada 20 ahli bedah saraf dari 20 provinsi yang tersebar di seluruh Indonesia.

Hal ini merupakan bagian dari program transformasi layanan kesehatan untuk mengatasi masalah penyakit stroke yang menjadi momok di seluruh dunia termasuk Indonesia.

“Strok masih menjadi salah satu penyakit yang menelan biaya pengobatan besar dan kasusnya terus meningkat. Diperlukan teknologi kedokteran untuk mencegah strok, salah satunya dengan teknologi microsurgery," kata Menkes Budi Gunadi dalam keterangannya, Minggu (30/6).

Dengan teknologi di bidang preventif, diharapkan akhir 2024, seluruh provinsi di Indonesia mampu menangani pembedahan clipping pada kasus aneurisma otak dan angka kejadian stroke karena perdarahan pembuluh darah di otak, sehingga kasus strok bisa diturunkan.

Kegiatan pelatihan ini terselenggara atas kerja sama Barrow Neurological Institute (BNI) dalam bidang neurosains dengan RS Pusat Otak Nasional (PON) Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono, Kementerian Kesehatan, Perhimpunan Spesialis Bedah Saraf Indonesia (Perspebsi) dan Aesculap Academy Indonesia.

Kegiatan tersebut berlangsung selama 2 hari, yaitu 29-30 Juni bertempat di RS Pusat Otak Nasional Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono. Diikuti para ahli bedah saraf dari 10 pusat pendidikan bedah saraf terbaik se-indonesia.

"Kami berupaya semakismal mungkin meningkatkan kemampuan SDM apalagi strok merupakan pembunuh nomer dua di di Indonesia, dan di bidang saraf, strok penyakit kedua terbanyak setelah cedera kepala dan tumor otak," kata Ketua Perspebsi, Prof. dr. Joni Wahyuhadi SpBS

Dia mengatakan, clipping sebenarnya sudah biasa dikerjakan di rumah-rumah sakit pendidikan di Indonesia, namun Kemenkes memiliki program untuk meningkatkan kemampuan ini kepada dokter-dokter bedah saraf di seluruh Indonesia.

Diharapkan sampai akhir 2024 ini semua provinsi sudah memiliki dokter bedah saraf dengan kemampuan bedah mikro.

dr. Muhammad Kusdiansah, Sp.BS, dokter bedah saraf dari Rumah Sakit Pusat Otak Nasional menjelaskan, operasi clipping adalah prosedur atau metode utama untuk mengatasi aneurisma otak. Aneurisma otak adalah suatu kondisi di mana terjadi pelebaran abnormal pada dinding pembuluh darah di otak.

"Bentuknya menyerupai balon yang menggembung keluar dari arteri. Kondisi ini bisa sangat berbahaya jika aneurisma tersebut pecah, karena dapat menyebabkan perdarahan di dalam otak yang berpotensi fatal," ungkapnya.

Aneurisma otak sering kali tidak menunjukkan gejala sampai terjadi pembesaran yang cukup signifikan atau pecah. Gejala yang mungkin muncul sebelum pecah termasuk sakit kepala parah, penglihatan kabur atau ganda, nyeri di sekitar mata, atau gangguan saraf lainnya.

"Jika aneurisma pecah, gejalanya bisa berupa sakit kepala tiba-tiba yang sangat hebat, mual, muntah, leher kaku, kehilangan kesadaran, atau bahkan kematian,” jelasnya.

Menurut data dari Brain Aneurysm Foundation, 1 dari 50 orang memiliki aneurisma yang belum pecah, setiap 18 menit 1 aneurysma pecah dan sekitar 500.000 orang meninggal setiap tahun akibat aneurisma otak.

“Prosedur operasi clipping bertujuan menghentikan aliran darah ke aneurisma, sehingga mencegah pecahnya aneurisma di masa depan, atau pecah kembali setelah mengalami pendarahan otak," tambahnya.

Pada prosedur ini dokter bedah saraf akan membuat sayatan di kulit kepala dan membuka sebagian kecil tulang tengkorak untuk mengakses otak.

Dengan bantuan mikroskop khusus, dokter akan mencari dan mengidentifikasi lokasi aneurisma dan melakukan penjepitan pada leher aneurisma dengan clip, biasanya berbahan titanium.

Barrow Neurological Institute (BNI) memperkenalkan model kepala manusia yang dicetak secara 3D untuk pelatihan operasi clipping. Model ini akan digunakan di seluruh dunia dan digunakan pertama kali di Jakarta.

Teknologi ini memberikan simulasi yang sangat mirip dengan jaringan manusia dan kondisi bedah sebenarnya, sehingga memberikan pengalaman pelatihan yang lebih realistis dan efektif.

"Teknologi ini telah dikembangkan selama lebih dari dua tahun oleh tim multidisiplin di pusat inovasi Barrow. Kami sangat berharap bahwa para dokter bedah saraf bisa meningkatkan kapasitanya melalui workshop clipping ini,” jelas Direktur RS PON, dr. Adin Nulkhasanah SpS, MARS. (jp)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan