6 Alasan Ilmiah Mengapa Harus Baca Banyak Buku: Kurangi Stres-Panjang Umur

Ilustrasi membaca.-Foto: net-

Donald Bolger, profesor dari Universitas Maryland juga mengatakan hal serupa. Ia meneliti bagaimana otak manusia bekerja saat membaca.

Hasilnya ditemukan bila, semakin banyak kita membaca maka semakin banyak juga kata yang dipelajari. Ketika semakin banyak kata yang dipelajari, maka semakin baik pula kita memahami berbagai hal di dunia bahkan yang berada di luar bidang keahlian kita.

4. Meningkatkan empati

Pada tahun 2013, peneliti dari Harvard University melakukan studi pada sekelompok sukarelawan terkait kemampuan membaca. Mereka dibagi menjadi pembaca buku fiksi sastra, fiksi populer, nonfiksi, atau tidak membaca sama sekali.

Dari lima percobaan, mereka yang membaca fiksi sastra memiliki peningkatan empati lebih tinggi dan mampu mengidentifikasi emosi orang lain bahkan hanya melalui ekspresi wajah. Kemampuan untuk memahami keadaan mental orang lain disebut dengan Teori pikiran.

5. Meningkatkan kreativitas dan fleksibilitas

Maja Djikic, seorang psikolog dari Universitas Toronto melakukan penelitian pada 100 orang yang ditugaskan untuk membaca buku fiksi atau esai nonfiksi. Setelahnya, peserta mengisi kuesioner untuk menilai tingkat keputusan kognitif mereka.

Keputusan kognitif cara seseorang dalam mencapai kesimpulan dengan cepat dan menghindari ambiguitas ketika mengambil keputusan. Hasilnya pembaca buku fiksi menjadi orang yang lebih fleksibel dan kreatif serta cepat mengambil keputusan.

"Saat kita membaca fiksi, kita berlatih menjaga pikiran tetap terbuka karena kita mampu menghadapi ketidakpastian," ujar Djikic.

6. Membantu transformasi diri sendiri

Kita jarang mengetahui sebenarnya kapan kepribadian kita berubah dan berkembang. Tetapi, dengan membaca buku fiksi kita bisa mengetahuinya.

Hal ini telah dibuktikan melalui penelitian oleh tim dari Universitas Toronto yang meminta 166 orang untuk mengisi kuesioner tentang emosi dan ciri-ciri kepribadian mereka. Ciri-ciri dan emosi ini harus digambarkan berdasarkan Big Five Inventory (BFI) yang dikembangkan oleh John, Donahue, dan Kentle pada tahun 1991 untuk memungkinkan penilaian yang efisien dan fleksibel terhadap lima dimensi kepribadian seseorang.

Setelah menuliskannya, separuh partisipan diminta membaca cerita pendek karya Anton Chekhov berjudul "The Lady with the Toy Dog". Cerita pendek ini menceritakan tentang seorang pria yang bepergian ke sebuah resor dan berselingkuh dengan seorang wanita yang sudah menikah.

Sedangkan separuh partisipan lainnya diminta membaca laporan dari pengadilan perceraian tentang kasus serupa. Selanjutnya mereka kembali menjawab pertanyaan kepribadian yang sama.

Hasilnya tanggapan pembaca fiksi berubah secara signifikan setelah mereka membaca tentang pengalaman orang lain. Sedangkan pembaca nonfiksi tidak mengalami perubahan ataupun refleksi diri sendiri.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan