Perjuangan Misini Jalani Hemodialisis Selama Bertahun-Tahun Berkat Program JKN

Misini (52), warga Kota Curup, yang hampir satu dekade menjalani terapi cuci darah dan terbantu biaya pengobatan berkat program JKN.--

REJANG LEBONG.RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Hemodialisis (HD) atau cuci darah menjadi salah satu prosedur medis penting bagi pasien gagal ginjal yang tidak lagi dapat mengandalkan fungsi ginjalnya. Di wilayah kerja BPJS Kesehatan Kantor Cabang Curup, layanan HD bahkan menempati posisi kedua sebagai tindakan dengan biaya terbesar pada Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sepanjang tahun 2023.

Salah satu peserta yang merasakan langsung manfaatnya adalah Misini (52), warga Kota Curup, yang hampir satu dekade menjalani terapi cuci darah untuk mempertahankan kualitas hidup.

Perjalanan panjang Misini dimulai pada 2015, tahun yang disebutnya sebagai masa paling sulit. Meski telah lama mengonsumsi obat hipertensi, kondisi tubuhnya makin melemah hingga muncul keluhan seperti sesak napas, demam, flu, dan batuk.

“Saya sudah bertahun-tahun ada penyakit hipertensi. Tapi suatu waktu, saya tambah sering lemas, sesak napas, demam, flu dan batuk. Makanya kami periksakan lagi ke Puskesmas,” ungkap Misini diwawancarai saat menjalani HD, Jumat (4/10).

BACA JUGA:BPJS Kesehatan Bantu Warga Sungai Lisai Jalani Operasi Usus Buntu Gratis

Ketika itu Misini belum terdaftar sebagai peserta JKN, sehingga seluruh biaya pemeriksaan ditanggung menggunakan dana pribadi. Dari pemeriksaan awal di Puskesmas Curup, ia divonis mengalami pembengkakan jantung dan dirujuk ke Rumah Sakit Tiara Sela di Kota Bengkulu.

“Waktu itu saya periksa di Puskesmas Curup. Saya dibilang dokter menderita pembengkakan jantung dan harus dirujuk ke Rumah Sakit Tiara Sela di Kota Bengkulu. Setelah minum obat dan kontrol ulang beberapa kali ternyata kaki saya bengkak dan selanjutnya bengkaknya menjalar ke seluruh tubuh saya,” tutur warga Kelurahan Pasar Baru, Kota Curup tersebut.

Selama empat tahun Misini menjalani pengobatan pembengkakan jantung. Namun kondisi yang semakin menurun membuatnya kembali dirujuk ke RS Tiara Sela untuk pemeriksaan lanjutan, hingga akhirnya ia dinyatakan mengalami gagal ginjal dan wajib menjalani hemodialisis rutin.

“Setelah diperiksa dan menjalani tes di laboratorium, saya akhirnya dinyatakan menderita gagal ginjal dan harus cuci darah rutin. Saya cuci darah selama tiga bulan di Rumah Sakit Tiara Sela di Kota Bengkulu,” imbuh ibu rumah tangga tersebut.

Awalnya, Misini sempat menolak karena khawatir akan tingginya biaya cuci darah. Namun setelah beberapa kali menjalani tindakan, kepesertaan JKN miliknya diaktifkan melalui segmen Penerima Bantuan Iuran (PBI). Sejak itu, ia lebih tenang dan rutin melakukan hemodialisis dua kali seminggu di RSUD Rejang Lebong.

“Sekarang kalau tidak cuci darah malah saya merasa lemas dan perut saya begah karena sekarang sudah tidak bisa kencing lagi,” ungkap ibu dua anak tersebut.

Ia mengaku seluruh kebutuhan medisnya selalu terpenuhi. Mulai dari rawat inap, pemeriksaan lanjutan, transfusi darah, hingga biaya hemodialisis semuanya ditanggung penuh oleh BPJS Kesehatan.

“Alhamdulillah pelayanan yang saya dapatkan selama sembilan tahun ini sangat memuaskan. Rumah sakit sudah seperti rumah saya sendiri. Saya dapat pengobatan gratis,” tutur Misini.

Misini menyampaikan apresiasinya kepada pemerintah, khususnya Pemerintah Kabupaten Rejang Lebong, atas komitmen memperluas perlindungan kesehatan bagi masyarakat kurang mampu. Ia berharap layanan fasilitas kesehatan di daerahnya terus meningkat.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan