Cuaca Buruk Ganggu Pengiriman, Harga Kopi Lebong Turun Drastis

Harga Kopi Lebong Turun Drastis-foto :adrian roseple/radarlebong-
LEBONG.RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Harga komoditas kopi di Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu, kembali mengalami penurunan yang cukup tajam. Setelah sebelumnya sempat menyentuh angka tertinggi Rp 62 ribu hingga Rp 63 ribu per kilogram untuk biji kopi kering, kini harga tersebut turun drastis menjadi Rp 55 ribu per kilogram.
Penurunan ini terjadi dalam kurun waktu sekitar sepuluh hari terakhir, atau dua minggu menjelang akhir bulan September 2025.
Dari hasil penelusuran di lapangan, penurunan harga ini disebabkan oleh gangguan distribusi yang dipicu cuaca ekstrem di wilayah perairan Indonesia. Cuaca buruk yang ditandai dengan hujan deras, gelombang tinggi, dan badai menyebabkan banyak kapal pengangkut kopi mengalami keterlambatan, bahkan penundaan pengiriman ke luar daerah.
Salah satu pengepul kopi dari Muara Aman, Kecamatan Lebong Utara, DahruI, menyampaikan bahwa hambatan distribusi ini secara langsung berdampak pada stabilitas harga kopi di tingkat petani.
BACA JUGA:3 Manfaat Kopi untuk Kesehatan Hati yang Perlu Anda Ketahui
"Sudah sekitar 10 hari terakhir ini harga mulai turun. Banyak kapal yang biasa angkut kopi ke luar daerah sekarang tertunda keberangkatannya karena gelombang tinggi. Ini membuat pasokan kopi di pelabuhan menumpuk, sementara penjualan ke luar terhambat," ujar DahruI.
Dampak dari situasi ini bukan hanya pada penurunan harga semata. Para petani yang menggantungkan hidup dari penjualan kopi kini mulai menahan stok hasil panennya. Mereka berharap harga dapat kembali stabil sebelum menjual dalam jumlah besar ke pengepul maupun koperasi.
"Kami tidak berani jual banyak dulu, karena harga belum menguntungkan. Biasanya kalau sudah di atas Rp 60 ribu per kilo, baru kami lepas. Sekarang masih di angka Rp 55 ribu, terlalu rendah," ungkap salah satu petani di Lebong.
Situasi ini juga menyebabkan banyak gudang pengepul mengalami penurunan pasokan. Menurut DahruI, stok kopi di gudangnya mulai menipis karena sebagian besar petani menahan penjualan.
"Biasanya kami bisa dapat belasan karung per hari dari petani. Sekarang hanya beberapa karung saja. Mereka memilih menunggu," jelasnya.
Ia berharap harga dapat segera kembali stabil dalam waktu dekat, mengingat musim panen yang masih berlangsung di beberapa wilayah. Mereka juga berharap adanya dukungan pemerintah daerah dalam hal akses pasar, transportasi alternatif saat cuaca buruk, serta informasi harga yang transparan.
"Harapan kami, ada peran dari pemerintah untuk bantu carikan solusi. Bisa dengan sediakan jalur darat kalau laut tidak bisa, atau buatkan koperasi yang bisa tampung hasil panen lebih lama," tutupnya. (wlk)