Studi: Pola Komunikasi Orang Tua Soal Asmara Pengaruhi Jiwa Anak dan Hubungan Keluarga

Pola Komunikasi Orang Tua Soal Asmara.-foto: net-
Namun, dalam keluarga yang terbiasa dengan komunikasi terbuka dan jujur, dampak negatif intervensi tampaknya berkurang, kemungkinan karena fondasi kepercayaan dan ketahanan yang sudah terbangun.
Menariknya, dalam keluarga yang sangat terbuka, dukungan terus-menerus dari orang tua justru bisa memprediksi lebih banyak gejolak jika anak sangat menghargai pendapat orang tua.
Para peneliti berspekulasi bahwa dalam konteks ini, dukungan yang berlebihan bisa dianggap mengganggu atau terlalu mengendalikan, terutama saat anak sedang berusaha menegaskan otonominya.
“Intinya, kami menemukan bahwa fasilitasi orang tua dalam keluarga yang berorientasi percakapan tinggi dapat berasosiasi negatif atau positif dengan turbulensi dalam hubungan orang tua-anak, tergantung pada apakah anak tersebut menghargai pendapat orang tua tentang hubungan romantis mereka,” ujar Schrodt.
Ia menambahkan sebuah refleksi yang menarik, “Orang tua dari keluarga yang berorientasi percakapan tinggi yang berusaha mendukung dan memfasilitasi hubungan romantis anak mereka mungkin mengalami sesuatu yang mirip dengan efek bumerang, di mana perhatian, percakapan yang berkelanjutan, dan upaya pengaruh yang mereka berikan terhadap hubungan anak mereka dapat ditafsirkan sebagai intrusif dan/atau mengendalikan, yang menyebabkan rasa kekacauan dan ketidakstabilan yang merusak jenis hubungan yang diinginkan anak dengan orang tua mereka.”
Keterbatasan Penelitian dan Arah Selanjutnya
Para peneliti mengakui adanya keterbatasan dalam studi ini, seperti dominasi partisipan perempuan kulit putih, heteroseksual, dan mahasiswa, yang membatasi generalisasi hasil.
Selain itu, studi ini hanya mengukur persepsi anak dan bersifat cross-sectional, tidak melacak perubahan dari waktu ke waktu atau menyertakan perspektif orang tua dan pasangan.
Meskipun demikian, penelitian ini menawarkan wawasan berharga tentang bagaimana percakapan seputar asmara dapat membentuk hubungan orang tua-anak selama masa transisi penting dalam kehidupan.
Ini juga menyoroti bagaimana pola komunikasi keluarga dan sikap individu dapat memengaruhi apakah keterlibatan orang tua akan memperkuat atau justru merusak ikatan tersebut. (net)