Kenapa Mobil Daihatsu Dinilai Murahan? Laris Meski Minim Fitur

RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Mobil asal Jepang telah lama menjadi favorit masyarakat Indonesia, terutama dari kalangan menengah hingga atas.

Popularitas ini tak lepas dari citra merek yang telah dibangun sejak lama serta reputasi kendaraan Jepang yang dikenal irit, tangguh, dan tahan banting.

Namun, tidak semua produsen asal Negeri Sakura memegang gengsi yang sama. Daihatsu, salah satu pemain lama di pasar otomotif Tanah Air, kerap dicap sebagai merek mobil yang "murahan".

Anggapan tersebut muncul bukan tanpa alasan. Produk-produk seperti Ayla, Sigra, hingga Xenia sering dianggap sebagai mobil dengan fitur terbatas, kualitas material yang seadanya, dan minim kenyamanan.

BACA JUGA: Spesifikasi Peel P50, Mobil Terkecil di Dunia Hanya Punya 3 Roda

Meski begitu, kesan “murahan” ini lebih disebabkan oleh strategi pemasaran Daihatsu yang memang menyasar segmen harga rendah, bukan karena ketidaksiapan teknis maupun produksi.

Sejak era 1990-an dengan model Zebra dan Espass, Daihatsu sudah dikenal bermain di segmen kendaraan yang sensitif terhadap harga.

Target pasarnya pun jelas: konsumen yang lebih mengutamakan fungsi ketimbang gengsi. Interior sederhana, mesin berdaya kecil, dan fitur keselamatan yang minim adalah kompromi yang disengaja demi menekan harga jual.

Strategi ini terbukti sukses, terlebih bagi pembeli mobil pertama (first buyer) yang cenderung lebih tertarik pada harga dan desain ketimbang performa atau teknologi.

BACA JUGA:Agar Mobil Awet, Ini Tips Ganti Oli dari Rifat Sungkar

Meski begitu, reputasi Daihatsu sempat terguncang setelah skandal manipulasi uji tabrak mencuat pada 2023 di Jepang.

Meski unit di Indonesia diklaim tidak terdampak, ketidakjelasan data lokal membuat kepercayaan konsumen sempat goyah.

Namun demikian, mobil Daihatsu tetap laku keras di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa citra sebagai mobil fungsional dan hemat tetap menjadi daya tarik kuat, terutama bagi pengguna yang mementingkan efisiensi biaya.