Bahaya Merokok Sosial: Ancaman Nyata bagi Kesehatan Otak, Terutama Perempuan

ilustrasi bahaya merokok-foto :tangkapan layar-
koranradarlebong.com- Merokok telah lama dikenal sebagai kebiasaan berbahaya yang dapat merusak kesehatan. Meski kampanye anti rokok terus digaungkan, kenyataannya jumlah perokok tidak juga menunjukkan penurunan signifikan.
Bahkan, kini muncul fenomena baru dalam dunia perokok: perokok sosial atau social smokers.
Berbeda dari perokok aktif maupun perokok pasif, kelompok ini hanya merokok dalam situasi sosial, seperti saat berkumpul bersama teman atau menghadiri pesta.
Namun, apakah merokok hanya sesekali tetap aman bagi tubuh? Banyak orang beranggapan bahwa menjadi perokok sosial tidak akan memberikan dampak serius terhadap kesehatan.
BACA JUGA:5 Manfaat Menakjubkan Makan Nanas dan Efek Sampingnya
Sayangnya, anggapan ini keliru. Berdasarkan penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Stroke, terungkap bahwa merokok — bahkan hanya dalam konteks sosial — dapat meningkatkan risiko terjadinya pendarahan otak.
Ini menjadi peringatan keras bahwa tidak ada jenis merokok yang benar-benar aman, termasuk merokok sosial.
Penelitian Membuktikan Bahaya Merokok Sosial
Sebuah studi yang dilakukan di Finlandia terhadap lebih dari 65.000 orang berusia sekitar 45 tahun menemukan fakta mengejutkan.
BACA JUGA:Ternyata Tak Hanya Wortel, Ini 3 Tanaman Herbal yang Baik untuk Kesehatan Mata
Baik laki-laki maupun perempuan yang merokok memiliki risiko tiga kali lipat lebih tinggi untuk mengalami pendarahan otak dibandingkan mereka yang tidak merokok. Yang lebih mencengangkan, perempuan memiliki risiko yang lebih besar daripada laki-laki.
Dalam angka, perempuan perokok memiliki risiko 3 hingga 5 kali lipat, sementara laki-laki berada pada kisaran 2,2 kali lipat.
Pendarahan otak yang dimaksud terjadi ketika darah merembes di antara permukaan lapisan otak dan jaringan di bawahnya.
Ini merupakan kondisi medis serius yang bisa menyebabkan kematian atau kecacatan permanen. Fakta ini menegaskan bahwa meskipun seseorang tidak merokok setiap hari, tetap ada konsekuensi kesehatan yang besar jika kebiasaan tersebut tetap dipelihara dalam konteks sosial.