Menurut Dokter Aturan Minum "20 Menit" Dapat Melindungi dari Risiko Kanker

RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Seorang dokter asal Inggris, Dr. Alasdair Scott, memperkenalkan sebuah metode sederhana yang dapat membantu mengurangi konsumsi alkohol dan menurunkan risiko kanker serta masalah kesehatan lainnya.

Metode yang dikenal sebagai "aturan 20 menit" ini, menurutnya, lebih efektif dibandingkan tantangan "Dry January" yang sering dianggap seperti diet instan.

Dengan mengambil jeda selama 20 menit setelah menyelesaikan satu gelas minuman sebelum menuang gelas berikutnya, Anda dapat memengaruhi jumlah alkohol yang Anda konsumsi dalam semalam.

Jeda ini memberi tubuh waktu untuk memproses apakah Anda benar-benar masih ingin minum, atau jika tubuh Anda sebenarnya sudah cukup.

BACA JUGA:4 Khasiat Rutin Minum Air Jintan Hitam Campur Madu, Ampuh Obati Alergi

Selain itu, kebiasaan ini memperlambat laju konsumsi alkohol, sehingga secara otomatis jumlah alkohol yang diminum dalam satu malam menjadi lebih sedikit.

Dr. Scott juga mengingatkan bahwa konsumsi alkohol secara kumulatif merupakan faktor risiko utama.

Tidak ada level alkohol yang benar-benar aman. Semakin banyak alkohol yang dikonsumsi dalam jangka panjang, semakin tinggi risiko berbagai masalah kesehatan, mulai dari kanker usus, kanker payudara, hingga demensia.

Menurut perhitungannya, seseorang yang mengikuti batas konsumsi alkohol yang disarankan di Inggris (14 unit per minggu) akan mengonsumsi sekitar 728 unit alkohol dalam setahun.

Jika mereka berhenti sepenuhnya selama Januari tetapi kembali ke pola konsumsi biasa setelahnya, totalnya akan menjadi 672 unit.

Efek negatif alkohol tidak hanya terjadi pada hati, tetapi juga pada organ lain seperti otak dan usus.

Tantangan seperti 'Dry January' hanya memberikan sedikit manfaat jika tidak diikuti dengan perubahan jangka panjang.

Dengan memperkenalkan "aturan 20 menit," Dr. Scott berharap masyarakat dapat lebih sadar akan konsumsi alkohol mereka dan menjadikannya langkah awal untuk hidup lebih sehat dan mengurangi risiko penyakit serius di masa depan.