Ini Cara Efektif Kurangi Gula pada Anak, Mulai Perlahan

Pedagang merapikan minuman berpemanis kemasan di toko kelontong kawasan Serengan, Solo, Jawa Tengah, Selasa (10/9/2024).-Foto: net-

RADARLEBONG.BACAKORAN.CO -  Sejumlah langkah bisa dilakukan untuk mengurangi asupan gula tambahan pada anak-anak.

Dokter spesialis anak Siska Mayasari Lubis mengatakan cara ini dimulai dari mengurangi konsumsi gula secara bertahap.

Hal ini dilakukan untuk mencegah kecanduan yang dapat berdampak berdampak pada kesehatan.

Siska menjekaskan jika konsumsi gula dihentikan, maka anak akan menolak.

Maka dari itu, pengurangan dimulai dengan membatasi makanan manis yang diproses.  

Baca Juga: Gawai Picu Kekerasan pada Anak, Menteri PPPA Soroti Penggunaannya

Begitu pula dengan mengurangi gula tambahan secara perlahan untuk menyesuaikan dengan selera makan anak.

"Kemudian mencari alternatif. Misalnya teh herbal atau susu tanpa pemanis, dorong konsumsi air putih sebagai minuman utama, dan dapat ditambahkan dengan irisan lemon atau buah kalau ingin lebih berasa," papar dia.

Di sisi lain, Siska menyebut pentingnya melibatkan anak lewat edukasi.

Misalnya, anak diajak memasak atau memilih makanan sehat bersama. Selanjutnya, anak diberitahu dampak buruk makanan dan minuman manis dengan bahasa yang mudah dimengerti.

Dengan demikian, anak lambat laun mengerti dan mau mengurangi konsumsi gula.

Siska membeberkan batas maksimal asupan gula tambahan adalah di bawah 10% dari total asupan energi.

Adapun gula tambahan yang dimaksud adalah gula yang ditambahkan ke makanan dan minuman selama proses produksi demi memberikan rasa manis.

"Ketika gula darah menurun dengan cepat, ini akan memunculkan lagi rasa ingin minum lagi, nafsu makan menjadi tidak terkontrol, dan keinginan untuk mendapatkan atau minum dari gula yang berlebih," ungkap dia.

Menurut dia, saat anak mengonsumsi gula, gula darah meningkat dengan cepat, disertai dengan pelepasan hormon insulin dan dopamin.

"Kecanduan gula ini dapat menunjukkan perilaku yang mirip dengan kecanduan zat. Seperti kita jadi memakan berlebihan, kemudian ada gejala putus zat dan ingin makan lagi atau ingin minum lagi, dan adanya keinginan yang kuat untuk mendapatkan makanan ataupun minuman yang manis tersebut," jelas Siska. (net)

Tag
Share