Gawai Picu Kekerasan pada Anak, Menteri PPPA Soroti Penggunaannya
Anak usia dini bermain di Rumah Anak SIGAP yang terletak di TK Negeri Jatinegara 01, Jakarta Timur, Jakarta beberapa waktu lalu.-Foto: net-
RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Sebagian besar kasus kekerasan anak berawal dari pengaruh penggunaan gadget (gawai) secara tidak bijak.
Hal ini diungkapkan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifah Choiri Fauzi.
"Hampir sebagian besar penyebab kekerasan itu bermula dari gawai," ujar Arifah, Kamis (28/11).
Arifah menilai anak-anak di Indonesia kondisinya sedang tidak baik-baik saja.
Baca Juga: Harga Emas Antam Turun Tipis Rp 5.000 jadi Rp 1.508.000 per Gram
"Anak-anak ini kalau saya lihat dari entah itu kejahatan seksual, entah itu kejahatan fisik, bermulanya dari gadget," ungkap dia.
Arifah pun merasa prihatin dengan kondisi ini yang dipicu gawai yang belum bisa anak-anak gunakan secara bijak.
Dia menyinggung kasus pemerkosaan 2 perempuan di Purworejo, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu. Kasus pemerkosaan kakak beradik ini diduga dilakukan lebih dari 10 orang.
Peristiwa memilukan ini ternyata belum mendapat respons berarti dari masyarakat di sekitarnya.
"Ini masyarakat kita sakit karena ada anggota masyarakat kita yang mengalami sesuatu yang sangat memilukan tetapi tidak ada yang bergerak. Maka, Ruang Bersama Merah Putih ini ingin mewujudkan kebersamaan di antara anggota masyarakat kita," tegas dia.
Peristiwa memilukan ini ternyata belum mendapat respons berarti dari masyarakat di sekitarnya.
"Ini masyarakat kita sakit karena ada anggota masyarakat kita yang mengalami sesuatu yang sangat memilukan tetapi tidak ada yang bergerak. Maka, Ruang Bersama Merah Putih ini ingin mewujudkan kebersamaan di antara anggota masyarakat kita," tegas dia.
Menteri PPPA meyakini keberadaan Ruang Bersama Merah Putih mampu melepaskan anak-anak dari pengaruh negatif gawai.
Dia berkeinginan menciptakan ruang baru bagi anak-anak untuk beraktivitas setelah mereka pulang sekolah.
Di Ruang Bersama ini disiapkan sejumlah permainan tradisional disesuaikan dengan kearifan lokal masing-masing desa, kabupaten, atau provinsi yang beragam.
"Dalam bayangan kami, anak-anak pulang dari sekolah itu larinya ke Ruang Bersama Merah Putih karena di situ kami akan menyiapkan permainan tradisional yang berbasis kearifan lokal," jelas dia. (net)