RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Menurut penelitian terbaru yang diterbitkan dalam Review in the Neurosciences, status sosial ekonomi (SES) yang rendah dan kemiskinan adalah salah satu faktor penentu kesehatan mental anak, capaian di sekolah, dan perkembangan kognitif di otak.
Penelitian sebelumnya telah meneliti dampak kemiskinan terhadap otak dan perilaku. Namun, penelitian terbaru ini menyajikan kerangka komprehensif yang secara langsung menghubungkan perubahan otak yang disebabkan oleh rendahnya Status sosial ekonomi (SES) dengan konsekuensi perilaku, patologis, dan perkembangan, dikutip dari Alpha Galileo.
Status sosial konomi (SES) mengacu pada kedudukan sosial seseorang atau keluarga yang dipengaruhi kekayaan, pekerjaan, pencapaian pendidikan, dan kondisi kehidupan.
Meskipun berkaitan dengan kehidupan sehari-hari saat ini, SES juga dapat memengaruhi otak mulai dari masa kanak-kanak hingga dewasa.
Baca Juga: Lestari Moerdijat: Peringatan Hari Kartini jadi Momentum Pemenuhan Hak-Hak Perempuan
Bagaimana Kemiskinan Mengubah Otak?
Penelitian ini mengkaji dampak negatif dari gizi buruk, stress kronis, dan bahaya lingkungan seperti polusi dan kondisi perumahan yang tidak memadai.
Dampak faktor-faktor ini cenderung mempengaruhi keluarga dengan status sosial ekonomi rendah.
Peneliti mendapati, faktor-faktor ini dapat mengganggu perkembangan otak anak. Stres yang berlangsung terus menerus dapat mengganggu pertumbuhan sel saraf baru di hippocampus otak, perkembangan kemampuan berbahasa, dan kesehatan mentalnya.
Akibatnya, kemampuan belajar anak pun terganggu sehingga turut berimbas pada pendidikan dan peluang kariernya di masa depan.
Kemiskinan generasional menurut peneliti turut dipengaruhi perubahan otak ini. Sebab, perubahan tersebut dapat menyulitkan anak berlatar sosial ekonomi rendah keluar dari situasinya saat ini hingga menjadi orang tua bagi anaknya pula. Siklus ini yang menurut peneliti kemudian jadi tidak mudah untuk diputus.
Berdasarkan temuan ini, peneliti menyarankan perlunya berfokus pada dampak kondisi sosial ekonomi rendah terhadap wilayah-wilayah otak tertentu.
Kemudian, ilmuwan perlu mengidentifikasi teknik-teknik apa saja yang dapat mendorong capaian anak-anak berlatar sosial ekonomi rendah di sekolah.
Penting untuk dicatat bahwa penelitian ini dilakukan pada saat kesenjangan sosial semakin meningkat.
Menurut peneliti, menentukan dengan tepat mekanisme yang berkontribusi terhadap kemiskinan generasi dapat membantu para peneliti dan pembuat kebijakan untuk mengembangkan intervensi awal yang baru.
"Penelitian ini menyoroti dampak mendalam kemiskinan dan SES tidak hanya mempengaruhi kondisi kehidupan individu saat ini, tetapi juga perkembangan kognitif, kesehatan mental, dan peluang masa depan mereka," kata peneliti Dr. Eid Abo Hamza dari Universitas Al Ain di Universitas Al Ain, Uni Emirat Arab.
"Dengan memahami hubungan ini, masyarakat dapat mengatasi kesenjangan dengan lebih baik dan mendukung mereka yang berada dalam situasi kurang beruntung, sehingga berpotensi mengarah pada intervensi yang dapat membantu memutus siklus kemiskinan." pungkasnya. (net)