RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - BULAN Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah, di mana umat Islam di seluruh dunia berlomba-lomba untuk meningkatkan amal ibadah mereka. Salah satu amalan yang sangat dianjurkan dan memiliki nilai tinggi di bulan ini adalah qiyamul lail atau shalat malam.
Mereka begitu semangat menjalankan ibadah ini karena berdasarkan penjelasan nabi, sangat banyak keutamaan. Di antaranya:
“Barangsiapa yang menunaikan shalat pada malam bulan Ramadhan (shalat tarawih) dengan penuh keimanan dan mengharap (pahala dari Allah), maka dosa-dosanya yang telah berlalu akan diampuni.” (HR. Bukhari, Muslim)
Dalil lain yang terkait adalah riwayat Abu Hurairah:ا
“Rasulullah ﷺ memberikan motivasi untuk mengerjakan (shalat pada malam) Ramadhan dengan tidak mewajibkannya. Beliau bersabda: “Barangsiapa yang menunaikan (shalat pada malam) Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap (pahala dari Allah), maka dosa-dosanya yang telah berlalu akan diampuni.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat, sementara perkara itu tetap seperti itu. Demikian pula pada kekhilafahan Abu Bakar hingga permulaan kekhilafahan Umar.” (HR. Muslim)
Baca Juga: Berburu Lailatul Qadar, Apa Keutamaan dan Cirinya?
Sedangkan dalam riwayat Nasa’i disebutkan sabda nabi:
“Barangsiapa yang shalat dimalam hari bulan Ramadhan dengan keimanan dan mengharapkan pahala maka dosa-dosanya akan keluar seperti hari dimana ia baru dilahirkan oleh ibunya.” Sedangkan dalam versi yang lebih panjang disebutkan, “Sesungguhnya Allah Tabaaraka Wata’ala telah mewajibkan kepada kalian puasa di bulan Ramadhan, dan aku mensunnahkan shalat malamnya. Barang siapa berpuasa dibulan tersebut dan shalat di malamnya karena iman dan mengaharap pahala dariNya, maka dosa-dosanya akan keluar darinya sebagaimana hari dimana ia dilahirkan oleh ibunya.”
Tak hanya itu, bagi salaf qiyamul lail juga memiliki keutamaan lain yang tidak kalah tinggi:
“Qiyamul lail akan meringankan panjangnya berdiri pada hari kiamat. Dan jika penghuninya mendahului ke surga tanpa perhitungan, maka penghuninya telah beristirahat dari panjangnya (masa) berhenti untuk perhitungan.”
Dalam catatan sejarah, kisah-kisah para salaf dalam melaksanakan qiyamul lail di bulan Ramadhan merupakan sumber inspirasi yang tak terhingga bagi kita semua.
Pada masa Umar bin Khattab misalnya, sebagaimana yang terdapat dalam Kitab Al-Muwaththa’ karya Imam Malik disebutkan: “Umar bin Khatthab memerintahkan Ubay bin Ka’ab dan Tamim Ad Dari untuk mengimami orang-orang, dengan sebelas rakaat.” As Sa`ib berkata: “Imam membaca dua ratusan ayat, hingga kami bersandar di atas tongkat karena sangat lamanya berdiri. Dan kami tidak keluar melainkan di ambang fajar.”
Contoh lain seperti Imam Bukhari dan Imam Syafi’i, adalah contoh teladan yang luar biasa dalam hal ketaatan dan kecintaan mereka kepada Allah Ta’ala. Mereka memanfaatkan setiap detik di bulan Ramadhan untuk mendekatkan diri kepada-Nya melalui ibadah dan tilawah Al-Quran.
Imam Bukhari, seorang ulama hadits yang namanya tidak asing lagi di kalangan umat Islam, dikenal dengan kesungguhannya dalam ibadah, terutama saat bulan Ramadhan.
Beliau membaca dua puluh ayat dalam setiap rakaat selama shalat tarawih dan mengkhatamkan Al-Quran setiap tiga malam. Ini menunjukkan betapa beliau menghargai dan memuliakan bulan suci ini dengan mengisi malam-malamnya dengan ibadah dan tilawah.
Imam Syafi’i, pendiri salah satu mazhab dalam Islam, juga tidak kalah dalam hal kecintaannya kepada Al-Quran. Dikatakan bahwa beliau mengkhatamkan Al-Quran enam puluh kali selama Ramadhan, ayat ini di antaranya dibaca saat shalat malam di bulan Ramadhan.
Sebuah prestasi yang menakjubkan yang mencerminkan dedikasi dan ketekunan beliau dalam beribadah.
Para sahabat Nabi Muhammad ﷺ, tabi’in, dan generasi setelah mereka juga memiliki cerita-cerita yang menginspirasi tentang bagaimana mereka menghabiskan malam-malam Ramadhan.
Mereka membagi malam untuk qiyam dan shalat, menunjukkan ketakwaan kepada Allah Ta’ala secara tersembunyi sebelum terang-terangan.
Ini mengajarkan kita tentang pentingnya ikhlas dalam beribadah, di mana yang terpenting adalah bagaimana kita beribadah kepada Allah tanpa perlu diketahui oleh orang lain.
Kisah-kisah para salaf ini mengajarkan kita banyak hal. Pertama, mereka menunjukkan kepada kita bagaimana menghargai waktu, terutama di bulan Ramadhan. Mereka memanfaatkan setiap kesempatan untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah.
Kedua, mereka mengajarkan kita tentang pentingnya tilawah Al-Quran. Al-Quran bukan hanya untuk dibaca, tetapi juga untuk direnungkan dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Ketiga, mereka memberikan contoh tentang bagaimana beribadah dengan ikhlas. Ibadah yang dilakukan dengan ikhlas akan memiliki nilai yang lebih tinggi di sisi Allah.
Dari kisah-kisah ini, kita dapat mengambil pelajaran bahwa bulan Ramadhan adalah waktu yang sangat berharga. Ini adalah waktu untuk berintrospeksi, meningkatkan kualitas ibadah, dan memperbaiki diri.
Mari kita jadikan bulan Ramadhan ini sebagai momentum untuk mengikuti jejak para salaf yang saleh dalam beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah Azza wa Jalla. (*)