Perlu disadari bahwa perbuatan dengki yang kelihatannya sepele, sebenarnya justru merupakan perbuatan yang sangat berbahaya. Dengki merupakan gejala permusuhan psikologis secara sepihak dan sangat berbahaya, karena orang yang dengki tidak mengetahui dan dapat berakibat fatal.
Dalam Alqur’an perbuatan dengki dinyatakan sebagai perbuatan yang diwanti-wantikan agar dijahui. Orang berimanpun dianjurkan meminta perlindungan dari serangan dengki sebagaimana firman Allah SWT yang artinya : “Dan dari kejahatan orang-orang yang dengki apa bila ia dengki”. QS:Al-Falaq (113) 5.
Bahaya dengki dalam hadits diilustrasikan sebagai api yang membakar kayu kering, seperti : “Waspadalah dari sikap dengki karena dengki menghilangkan amal kebajikan, ibarat api yang memakan kayu bakar”.
Hadits ini mengilustrasikan tentang perbuatan dengki juga sangat membahayakan dirinya, namun kebanyakan orang tidak menyadarinya yakni akan menghilangkan atau membangrutkan nilai amalan baik atau ibadahnya secara tidak dirasakan dan di dasadari.
Akhirnya orang tersebut di akhirat terkejut, merasa beramal banyak di dunia tetapi ternyata ia tidak memiliki simpanan atau deposito amal (fatamurgana). hal yang demikian juga sama dengan amal orang munafik, yaitu orang yang berbeda antara ucapan atau lahirnya dengan hatinya.
Allah SWT menggambarkan orang yang seperti itu di dalam Alqur’an yang artinya : “Dan orang-orang kafir itu, amal-amal mereka laksan fatamurgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang dahaga, tetapi bila di datangi air itu dia tidak mendapati sesuatu apaun....”. QS:Al-Nur (24) 39.
Puasa yang ajaran pokoknya mengendalikan diri dan pelatihan rohaniah agar tidak mudah digelincirkan oleh dorongan hawa nafsu merupakan ibadah yang sangat penting efeknya dalam menjalankan kehidupan di dunia ini.
Ketika seseorang sudah tidak bisa lagi mengontrol hawa nafsunya sebenarnya orang itu sedang diacuhkan (dibiarkan) saja oleh Allah SWT. Berpuasa secara baik dan benar ditambah dengan menjaga sikap-sikap dan amalan-amalan dzikir selalu ingat kepada Allah SWT disertai dengan selalu menghindarkan dari sifat dan perilaku tercela seperti sifat dengki yang di manifestasikan sebagai tindakan mensyukuri atas segala limpahan rahmat-Nya, merupakan cermin manusia takwa buah dari puasa Ramadhan yang dilaksanakan dengan ihtisab untuk mendapatkan karunia dan keridhaan Allah semata. Wallohu’aklam bissawwab. (*)