RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Kekosongan stok beras premium sempat terjadi pada ritel di sejumlah daerah. Kalaupun stoknya ada, ritel-ritel ini hanya memiliki sedikit persediaan dan mulai membatasi pembeliannya hanya 2 pcs per orang per hari.
Menjawab masalah tersebut, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) pun buka suara. Ketua Umum Aprindo Roy N Mandey mengatakan keterbatasan dan kekosongan beras di ritel disebabkan karena pengusaha saat ini menahan pembelian pasokan baru dari produsen atau distributor.
Pengusaha ritel belum membeli stok baru dari produsen karena harga jual yang ditawarkan melonjak sangat tinggi 20-30% dari sebelumnya. Roy mengatakan hal tersebut berdasarkan surat pengumuman dari produsen dan distributor kepada ritel.
"Kami disurati oleh produsen kalau mau dapat pengiriman beras bulan ini, Februari, maka harganya naiknya sekian. Nggak tanggung-tanggung, naiknya sekitar 20-30%, bahkan ada yang lebih dari itu. Kita mau beli, tapi harga mahal, misal harga beras Rp 18.000 pe kg, masa kita jualnya Rp 13.000 atau Rp 15.000, masa beli mahal, jual rugi, nggak ada hitungannya di ritel" kata Roy, kepada detikcom Senin (11/2/2024).
Baca Juga: Harga MinyaKita Merangkak Naik, Ada Perubahan HET?
Roy juga mengatakan, saat ini ritel hanya menjual beras dari cadangan yang ada di gudang. Di mana beras tersebut masih dengan harga sebelumnya. Menurutnya, jika sudah terjadi kekosongan, artinya cadangan di gudang juga sudah habis.
"Beberapa ritel terutama di Jabodetabek ini masih menjual stok sisa yang ada di cadangan gudang mereka, (kalau stok habis) ya artinya sudah habis karena sudah dijual stok cadangan gudang mereka," jelas Roy.
Namun, Roy mengatakan ritel tidak bisa terus mengandalkan sisa stok di gudang mereka. Karena jika sudah habis, akan terjadi kekosongan beras di ritel.
"Oke kita jualin ada di gudang-gudang kita, kita nggak beli dulu, kita jualin cadangan kita. Tetapi ini mau sampai berapa lama? Kalau nggak beli, di gudang-gudang kita pada saatnya pasti habis, terjadi kelangkaan," jelasnya.
Roy menjelaskan, berdasarkan informasi yang diterima, tingginya harga yang ditawarkan oleh produsen disebabkan karena harga dari penggilingan padi sudah tinggi. Selain itu, saat ini pasokan beras juga terbatas karena belum adanya panen.
"Dalam negeri belum panen karena masa tanam, impor belum masuk, itulah yang terjadi hukum supply dan demand. Kalau demand cenderung mengalami peningkatan, tetapi suplainya terbatas, harga pasti naik," jelasnya.
Selain beras premium dari pengusaha swasta, beras medium Bulog Stabilitas Pasokan Harga Pangan (SPHP) juga terbatas. Ia menduga hal ini terjadi karena distribusi beras itu yang juga untuk bantuan pangan atau bansos dan belum sepenuhnya stok impor ke Bulog.
"Saat ini belum masa panen yang diperkirakan akan terjadi pada pertengahan bulan Maret 2024 serta bersamaan pula dengan belum masuk nya beras type medium (SPHP) yang di import Pemerintah. Situasi dan kondisi yang tidak seimbang antara supply dan demand inilah yang mengakibatkan kenaikan HET beras pada pasar ritel modern (toko swalayan)," pungkas dia dilansir dari detik.com.
Sebagai informasi, berdasarkan penelusuran detikcom, hal ini terjadi di sejumlah ritel di kawasan Ciputat-Pamulang, Tangerang Selatan, Senin (11/2/2024), sebanyak 4 ritel mengalami keterbatasan stok hingga kelangkaan beras premium ukuran 2,5 sampai 5 kilogram (kg).
Seperti yang dilihat di Alfamidi kawasan Serua, Ciputat terjadi keterbatasan stok beras. Saat dilihat hanya ada satu merek beras dan jumlahnya tidak banyak.